Jasuke, Camilan Jadul yang Kembali Populer di Kalangan Anak Muda

Jasuke, camilan sederhana dengan cita rasa jagung, susu, dan keju yang bikin ketagihan.-Fhoto: Istimewa-
PALPOS.ID - Jagung Susu Keju atau yang lebih dikenal dengan nama Jasuke, kini kembali menjadi primadona di tengah maraknya tren makanan modern.
Camilan sederhana yang berasal dari bahan-bahan mudah ditemukan ini kembali mencuri perhatian masyarakat, terutama di kalangan generasi muda yang merindukan cita rasa nostalgia.
Dulunya, Jasuke lebih sering ditemui sebagai jajanan SD yang dijual oleh pedagang kaki lima di depan sekolah.
Dengan kombinasi jagung manis pipil, susu kental manis, dan taburan keju parut, Jasuke menjadi camilan yang disukai banyak anak karena rasanya yang manis, gurih, dan lembut di mulut.
BACA JUGA:Chicken Popcorn, Camilan Gurih yang Kembali Jadi Favorit Masyarakat
BACA JUGA:Nasi Kulit Ayam, Hidangan Sederhana yang Jadi Primadona Kuliner Indonesia
Kini, Jasuke tak hanya dijual di pinggir jalan, tetapi juga sudah masuk ke kafe-kafe kekinian, food court mal, bahkan menjadi menu favorit di platform pemesanan makanan online.
Fenomena kembalinya Jasuke ke permukaan tidak lepas dari tren kuliner yang mengangkat makanan-makanan jadul (jaman dulu) ke level yang lebih tinggi.
Berbagai pelaku usaha kuliner mencoba menghadirkan makanan tradisional dengan kemasan yang lebih menarik dan inovatif.
Salah satunya adalah “Jasuke Legend”, sebuah gerai makanan ringan yang berdiri di kawasan Jakarta Selatan.
BACA JUGA:Nasi Telur Pontianak : Kuliner Sederhana yang Menjadi Primadona di Kalimantan Barat
BACA JUGA:Donat Crispy, Tren Cemilan Kekinian yang Bikin Lidah Bergoyang
Didirikan oleh sekelompok mahasiswa, usaha ini berhasil menarik minat pembeli dari berbagai usia.
“Kami melihat potensi Jasuke bukan hanya sebagai camilan, tapi juga sebagai bagian dari budaya makanan Indonesia yang harus dilestarikan.
Jadi kami berinovasi dengan menambah topping seperti cokelat, matcha, bahkan boba,” ujar Dina Rahma, salah satu pendiri Jasuke Legend, saat ditemui pada Jumat (29/8).
Meskipun banyak inovasi dilakukan, sebagian besar pelaku usaha tetap mempertahankan rasa dasar dari Jasuke agar tidak kehilangan identitas aslinya.
BACA JUGA:Cilok Pedas : Jajanan Legendaris yang Kembali Naik Daun di Tengah Tren Makanan Pedas
BACA JUGA:Lezat dan Kekinian, Dimsum Mentai Jadi Primadona Baru di Dunia Kuliner
Rasa manis dari jagung dan susu, serta gurih dari keju, tetap menjadi kombinasi utama yang dipertahankan.
Namun kini, Jasuke hadir dalam berbagai varian seperti:
Jasuke Spicy: dengan tambahan bubuk cabai pedas manis.
Jasuke Choco Lava: kombinasi jagung dengan saus cokelat leleh dan keju cokelat.
Jasuke Matcha: menggunakan susu matcha dan keju krim.
Jasuke Korea Style: diberi tambahan saus mayo pedas dan rumput laut kering.
“Kami tidak ingin mengubah rasa utamanya, tapi memberikan pilihan baru agar lebih menarik bagi anak muda,” jelas Dina.
Selain dijual di gerai langsung, Jasuke kini banyak dipasarkan melalui platform digital seperti GoFood, ShopeeFood, dan GrabFood.
Banyak UMKM yang menjadikan Jasuke sebagai produk andalan mereka, terutama karena bahan-bahannya mudah diperoleh, biaya produksi murah, dan memiliki margin keuntungan yang cukup tinggi.
Menurut data dari salah satu platform ojek online, penjualan Jasuke meningkat hingga 45% selama tiga bulan terakhir, terutama di kota-kota besar seperti Jakarta, Bandung, dan Surabaya.
Hal ini menunjukkan bahwa camilan ini berhasil merebut hati konsumen di era digital.
Kembalinya Jasuke ke tren kuliner juga menjadi peluang emas bagi pelaku UMKM, terutama di bidang makanan ringan.
Dengan modal yang relatif kecil, siapa saja bisa memulai bisnis Jasuke dari rumah. Tak sedikit pula yang sudah membuka kemitraan atau franchise, seperti “Jasuke Mantul” dan “Jasuke Bang Jago”, yang menjamur di berbagai kota.
Menurut Heri Kurniawan, pengamat UMKM dari Universitas Indonesia, bisnis Jasuke bisa menjadi batu loncatan bagi pemula.
“Produk seperti Jasuke sangat cocok untuk pemula karena risiko usahanya kecil, modal terjangkau, dan memiliki target pasar yang luas, dari anak-anak hingga orang dewasa,” jelas Heri.
Fenomena Jasuke menjadi bukti bahwa makanan tradisional masih memiliki tempat di hati masyarakat.
Meskipun tren kuliner terus berubah, makanan yang membawa rasa nostalgia tetap memiliki daya tarik tersendiri.
Dalam sebuah wawancara dengan pelanggan, Rina (27 tahun), karyawan swasta asal Depok, mengatakan bahwa Jasuke mengingatkannya pada masa kecil.
“Dulu saya selalu beli Jasuke sepulang sekolah. Sekarang bisa pesan lewat aplikasi, rasanya masih sama, cuma tampilannya lebih modern.
Saya suka karena bisa mengingatkan ke masa kecil,” katanya sambil tersenyum.
Kembalinya Jasuke ke puncak popularitas adalah bukti bahwa makanan tradisional Indonesia tidak kalah bersaing dengan camilan luar negeri.
Dengan inovasi, kemasan menarik, dan pemasaran digital, Jasuke berhasil merebut pasar yang lebih luas.
Di tengah derasnya arus globalisasi kuliner, kehadiran Jasuke menjadi simbol bahwa cita rasa lokal tetap bisa bersaing dan dicintai — tidak hanya sebagai makanan, tetapi juga sebagai bagian dari identitas budaya bangsa.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: