Ketika Cinta Budaya Mengalahkan Hitungan Untung Rugi: Kisah Pendayung Bidar Palembang

Ketika Cinta Budaya Mengalahkan Hitungan Untung Rugi: Kisah Pendayung Bidar Palembang

Jaka dan timnya saat menerima piala sebagai juara pertama pada lomba bidar 2025-erika/palpos.id-

PALEMBANG- Di tepian Sungai Musi yang membelah Kota Palembang, suara riuh penonton, deru air yang terbelah dayung, serta teriakan kompak para pendayung membentuk harmoni yang khas setiap kali lomba perahu bidar digelar.

Di antara hiruk pikuk itu, ada satu sosok yang mencuri perhatian. Namanya Encik Muhammad Alauddin, atau yang akrab disapa Jaka.

Pria berusia 44 tahun ini bukan hanya seorang pemilik perahu bidar. Ia adalah penjaga tradisi, seorang “pahlawan budaya” yang masih teguh berjuang melestarikan lomba dayung khas wong Palembang, meski hadiah yang didapat sering kali tak sebanding dengan pengorbanan.


--

BACA JUGA:7 Khasiat Daun Jarak Untuk Bayi, Begini Cara Penggunaannya!

Cinta yang Bersemi Sejak Kecil

Kecintaan Jaka pada bidar bermula sejak usia tujuh tahun. Ayahnya kerap mengajaknya menonton lomba bidar di Sungai Musi.

Sejak itu, ia terpesona oleh kehebatan anak-anak dayung yang dengan penuh tenaga mengayuh bidar hingga perahu panjang itu meluncur cepat membelah arus.

“Sejak kecil saya sudah jatuh cinta pada bidar. Ada semangat kebersamaan dan jiwa juang yang luar biasa,” kenangnya.

Cinta itu tak luntur dimakan waktu. Bertahun-tahun kemudian, Jaka tak sekadar menjadi penonton. Ia merawat, memperbaiki, hingga memiliki perahunya sendiri.

Tahun ini, perahu bidar miliknya yang diberi nama Tatang Putra Grup berhasil meraih juara pertama dalam event terbesar Kota Palembang.

BACA JUGA:Bupati Ogan Ilir Kukuhkan Pengurus PGRI dan Buka PORSENIJAR 2025

Kemenangan itu menjadi bukti nyata ketekunan Jaka. “Senang sekali kami berhasil memenangkan perahu bidar tahun ini. Ini kebanggaan untuk kami. Nanti hadiahnya akan dibagi untuk pembinaan anak-anak muda,” ucapnya, penuh rasa syukur.

Menagih Hadiah yang Belum Cair

Namun, di balik kemeriahan lomba dan rasa bangga atas kemenangan, ada sisi lain yang menyisakan getir. Para juara masih harus menunggu lama untuk menerima hadiah yang dijanjikan.

Ardi, Ketua Tim Bidar dari Pemulutan, bahkan sampai mendatangi kantor Dinas Pariwisata Palembang untuk menagih janji. “Juara 1 dapat Rp25 juta, sedangkan biaya kami keluar sampai Rp35 juta. Kami sudah rugi, apalagi hadiahnya belum cair,” keluhnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: