Lezat dan Bergizi, Tumis Sayur Paku Jadi Primadona Baru di Meja Makan Keluarga

Lezat dan Bergizi, Tumis Sayur Paku Jadi Primadona Baru di Meja Makan Keluarga

Tumis sayur paku bukan cuma enak, tapi juga bantu tingkatkan imun dan pencernaan.-Fhoto: Istimewa-

“Setiap hari pasti saya sediakan, dan selalu cepat habis. Banyak orang kota sekarang cari makanan kampung yang sehat dan beda,” ujarnya sambil menunjukkan panci besar berisi tumis sayur paku yang baru dimasaknya.

Menariknya, tumis sayur paku tidak hanya disukai oleh kalangan tua, tetapi juga anak-anak muda.

Banyak kafe dan restoran yang kini mulai memasukkan menu ini dalam daftar sajian mereka, bahkan menyajikannya dalam konsep fusion food.

Di restoran “Dapur Rimba” di kawasan Kemang, Jakarta, misalnya, tumis sayur paku disajikan bersama nasi merah dan sambal kecombrang, lengkap dengan topping tempe goreng. Pemilik restoran, Arif Nugroho, mengatakan bahwa respon pelanggan sangat positif.

“Banyak yang baru pertama kali makan sayur paku dan langsung suka. Rasanya unik, segar, dan cocok dengan lidah siapa saja,” katanya.

Meski sedang naik daun, ketersediaan sayur paku di pasar tradisional maupun supermarket masih terbatas.

Tanaman ini biasanya tumbuh liar di daerah lembap seperti pinggiran sungai atau hutan, sehingga belum banyak dibudidayakan secara komersial.

Namun hal ini justru membuka peluang baru bagi petani lokal. Di Kabupaten Tanah Datar, Sumatra Barat, misalnya, beberapa kelompok tani mulai membudidayakan sayur paku secara organik.

“Kami lihat permintaan dari restoran-restoran mulai tinggi. Ini peluang besar,” ujar Yulman, ketua kelompok tani di daerah tersebut.

Pemerintah daerah pun mendukung inisiatif ini dengan memberikan pelatihan dan bantuan bibit.

Harapannya, sayur paku bisa menjadi komoditas unggulan baru yang bukan hanya menyehatkan, tetapi juga menambah pendapatan masyarakat.

Kehadiran tumis sayur paku di meja makan masyarakat urban menjadi bukti bahwa makanan tradisional masih memiliki tempat di era modern.

Di tengah maraknya makanan cepat saji dan kuliner instan, masyarakat mulai melirik kembali ke alam dan budaya sendiri.

“Ini tren yang positif. Kita kembali ke makanan alami, tapi tidak harus meninggalkan rasa,” kata chef Ade Rahma, seorang koki profesional yang kerap mengangkat bahan-bahan lokal dalam masakannya.

“Tumis sayur paku adalah contoh bagaimana masakan sederhana bisa menjadi hidangan istimewa.”

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: