Kesembilan hari tersebut adalah neon ai (hari api), neon oe (hari air), neon besi (hari besi), neon uis pah ma uis neno (hari dewa bumi dan dewa langit), neon suli (hari perselisihan), neon masikat (hari berebutan), neon naek (hari besar), neon liana (hari anak-anak), dan neon tokos (hari istirahat).
3. Hubungan Erat dengan Alam
Suku Boti juga dikenal sebagai suku pedalaman yang memiliki hubungan erat dengan alam.
Masyarakat Suku Boti sangat menjaga lingkungan di sekitar mereka dan hidup selaras dengan alam.
Mayoritas masyarakat di sini bekerja sebagai petani dan hasil panen tersebut hanya dikonsumsi sendiri.
Mereka juga patuh dengan aturan untuk tidak membuka lahan baru.
Suku Boti juga tidak menggunakan listrik dalam aktivitas mereka sehari-hari karena beranggapan jika hal tersebut dapat merusak alam dan tidak sesuai dengan pola kehidupan mereka selama ini.
Begitu pula dengan teknlogi lainnya seperti telepon seluler atau kendaraan bermotor.
Falsafah hidup Suku Boti mempercayai jika manusia akan selamat dan sejahtera bila merawat dan melestarikan lingkungan hidup.
4.Tidak Menghukum Pencuri
Keunikan lain dari Suku Boti tidak menghukum pencuri yang tertangkap di desa mereka.
Pencuri justru akan dibantu oleh masyarakat Suku Boti secara gotong royong.
Suku Boti percaya jika seseorang yang mencuri dikarenakan ia hidup kekurangan atau tengah membutuhkan sesuatu.
Oleh karena itu, mereka justru akan bergotong royong membantu pencuri untuk memenuhi kebutuhannya agar kelak ia tak perlu mencuri lagi.
5. Tidak Menempuh Pendidikan Formal
Demi tetap menjaga nilai adat yang mereka anut, masyarakat Suku Boti hanya memperkenankan sebagian anak saja untuk menempuh pendidikan formal di sekolah.