Tanaman-tanaman ini telah digunakan untuk pengobatan dan penyembuhan berbagai penyakit oleh nenek moyang mereka sejak zaman dahulu kala.
Selain itu, kampung terisolir ini juga memiliki kekayaan budaya yang sangat beragam.
Mereka memiliki tarian dan musik tradisional yang menggambarkan cerita-cerita kuno dan kepercayaan-kepercayaan spiritual mereka.
Kehidupan sosial dan adat istiadat unik di kampung ini mencerminkan kedalaman kearifan lokal yang perlu dilestarikan.
Potensi lain yang menarik perhatian dunia adalah keanekaragaman hayati yang dimiliki oleh wilayah terpencil Papua ini.
Ekosistem hutan lebatnya menyediakan habitat bagi berbagai spesies langka dan dilindungi.
Hal ini menawarkan peluang ekowisata yang besar bagi para peneliti dan pengunjung dari seluruh dunia yang tertarik dengan biodiversitas yang kaya dan unik.
Penemuan kampung terisolir di Papua ini membuka peluang besar untuk dunia internasional untuk lebih mengenal dan mengapresiasi potensi tersembunyi dari wilayah terpencil yang selama ini jarang tersentuh.
Kampung terisolir di Papua telah membuka jendela baru bagi dunia untuk merenungi hubungan manusia dengan alam dan warisan budaya yang tak ternila
Diulas sebelumnya, Kehidupan di Kampung Digi masih sangat sederhana dan mengandalkan tradisi turun-temurun.
Jarak antar rumah yang berjauhan, rata-rata 10 hingga 20 meter, mencerminkan betapa tenangnya dan terpencilnya kampung ini dari hiruk-pikuk perkotaan.
Beberapa warga mendiami rumah panggung dengan dinding dari kayu, sementara yang lain tinggal di gubuk sederhana yang mereka bangun dari bahan-bahan alam sekitar.
Sagu dan ubi menjadi makanan pokok bagi warga Kampung Digi.
Mereka mengandalkan hasil bumi dan keahlian dalam mengolah sagu menjadi makanan lezat dan bernutrisi.
Kepala suku Terry Digibin, seorang pemimpin yang bijaksana, telah memimpin kampung ini selama lebih dari tiga dekade.
Dengan penuh dedikasi, ia mengayomi dan menjaga keutuhan budaya serta adat istiadat kampung.