Kehadiran perusahaan platform digital raksasa seperti Google, Meta (sebelumnya Facebook), X (sebelumnya Twitter), dan TikTok telah mengubah cara distribusi berita.
Kini, platform-platform inilah yang memegang kendali atas distribusi berita, menggeser peran media tradisional yang sebelumnya dominan.
Sebuah laporan dari Reuters Institute for the Study of Journalism yang dirilis pada Januari 2024 menunjukkan bahwa jumlah pengunjung situs berita menurun drastis ketika lalu lintas dari media sosial mengalami penurunan signifikan.
BACA JUGA:AMSI Sumsel Gelar Konferwil III: Menyongsong Masa Depan Media Siber yang Lebih Berkualitas
BACA JUGA:Pj Gubernur Sumsel Dukung AMSI Sumsel dalam Memerangi Berita Hoaks
Hal ini menambah beban bagi industri media yang sudah berada dalam tekanan besar.
Inovasi sebagai Kunci Keberlanjutan
Menurut Wahyu Dhyatmika, ada dua kunci utama yang harus dipegang teguh oleh media dalam menghadapi tantangan ini: adaptasi terhadap teknologi yang terus berkembang, dan inovasi dalam menciptakan nilai baru untuk jurnalisme.
"Tanpa inovasi, perusahaan media tidak akan bisa bertahan, apalagi berkembang," tegasnya.
Inovasi yang dimaksud tidak hanya terbatas pada pengembangan teknologi, tetapi juga mencakup kemampuan media untuk mengidentifikasi masalah, merumuskan solusi, dan mengeksekusi solusi tersebut menjadi produk yang dapat diterima oleh audiens.
BACA JUGA:AMSI Gelar Workshop Mengembangkan Ekosistem Fact-Checking: Antisipasi Pilkada Serentak
BACA JUGA:Perpres Publishers Rights: AMSI Harapkan Dorongan bagi Ekosistem Bisnis Media Indonesia
Wahyu menekankan bahwa tanpa media yang sehat secara bisnis dan konten berkualitas, seluruh ekosistem informasi digital akan terancam.
Kolaborasi AMSI dan IDA: Menghadapi Tantangan Bersama
Dalam rangka menghadapi tantangan ini, untuk pertama kalinya, AMSI berkolaborasi dengan Indonesia Digital Association (IDA) di IDC 2024.
Ketua Umum IDA, Dian Gemiano, dalam sambutannya menegaskan bahwa media harus mandiri dalam hal konten, teknologi, bisnis, dan finansial.