Ibu Tati (53), salah satu penjual misro di sana, mengaku telah berjualan misro selama lebih dari 25 tahun.
BACA JUGA:Lopis, Warisan Kuliner yang Melekat dalam Tradisi dan Kenangan
BACA JUGA:Gabus Pucung : Kuliner Khas yang Menyegarkan Lidah dan Menggugah Selera
Ia memulai usahanya dari gerobak kecil di depan rumah hingga akhirnya mendapat tempat di pasar tradisional.
“Misro ini sudah jadi andalan. Dari dulu banyak yang suka.
Anak-anak sekolah sampai orang tua semuanya suka. Kalau pagi-pagi biasanya langsung habis,” ujarnya sambil membungkus misro pesanan pelanggan.
Menurutnya, rahasia misro yang enak ada pada bahan dasar singkong yang tidak terlalu tua, serta gula merah yang asli dan berkualitas.
Ia juga tidak menambahkan bahan pengawet ataupun pemanis buatan. “Harus alami, baru enak,” tambahnya.
Meski tergolong makanan tradisional, beberapa pelaku usaha kuliner mulai melakukan inovasi terhadap misro agar lebih menarik minat generasi muda.
Salah satunya adalah dengan menghadirkan varian rasa baru seperti keju, cokelat, dan bahkan misro isi durian.
Salah satu pelaku usaha yang melakukan inovasi ini adalah Rizky Pratama (29), pemilik usaha Misroku di kawasan Dago.
Ia mengemas misro dalam bentuk yang lebih kecil dan menyediakan varian rasa yang beragam. Misronya dijual dalam kotak modern dengan desain kekinian yang menarik.
“Target saya adalah anak muda dan wisatawan. Banyak dari mereka yang belum pernah mencoba misro, jadi saya ingin perkenalkan kembali dalam kemasan yang lebih modern tapi tetap mempertahankan rasa aslinya,” ujar Rizky.
Strategi tersebut terbukti berhasil. Usaha Rizky kini telah memiliki lima cabang di Bandung dan bahkan telah bekerja sama dengan layanan pesan antar makanan online.
Misro tak hanya lezat, tetapi juga mencerminkan nilai-nilai tradisional masyarakat Sunda: kesederhanaan, kehangatan keluarga, dan kebersamaan.
Di beberapa acara adat, misro kerap disajikan sebagai bagian dari hidangan khas, mendampingi gorengan lainnya seperti combro, cireng, dan bala-bala.