Singkong Keju, Jajanan Tradisional yang Naik Kelas di Era Modern

Singkong Keju, Jajanan Tradisional yang Naik Kelas di Era Modern

Camilan tradisional yang naik kelas! Singkong keju renyah dengan keju melimpah, bikin nagih dari gigitan pertama.-Fhoto: Istimewa-

PALPOS.ID - Siapa yang tak kenal singkong keju? Makanan ringan yang dulu hanya dianggap camilan pinggir jalan ini kini menjelma menjadi sajian kekinian yang digemari berbagai kalangan, mulai dari anak sekolah hingga para pekerja kantoran.

Perpaduan antara singkong yang digoreng hingga renyah dengan parutan keju yang gurih menjadikan jajanan ini tetap eksis di tengah gempuran kuliner modern dan makanan cepat saji dari luar negeri.

 

Singkong keju, seperti namanya, terdiri dari bahan dasar singkong yang dipotong-potong, direbus atau dikukus, lalu digoreng hingga bertekstur renyah di luar namun tetap empuk di dalam.

Setelah matang, singkong tersebut ditaburi dengan keju parut yang melimpah, biasanya keju cheddar, namun kini mulai bervariasi dengan topping keju mozzarella, keju parmesan, bahkan keju leleh buatan sendiri.

BACA JUGA:Kentang Mustofa, Camilan Tradisional yang Makin Digemari di Era Modern

BACA JUGA:Bakwan Udang : Jajanan Klasik yang Tetap Jadi Primadona di Tengah Gempuran Makanan Modern

 

Dalam beberapa tahun terakhir, singkong keju mengalami evolusi yang menarik.

Di berbagai kota besar, khususnya Jakarta, Bandung, dan Yogyakarta, mulai bermunculan gerai-gerai khusus yang menjual singkong keju dengan berbagai varian rasa.

Beberapa inovasi yang cukup populer antara lain singkong keju balado, singkong keju barbeque, singkong keju cokelat, hingga singkong keju matcha.

 

Menurut Dimas Ardiansyah, pemilik usaha "Kastengel Singkong", permintaan terhadap singkong keju naik signifikan dalam dua tahun terakhir.

BACA JUGA:Risol Bihun : Camilan Legendaris yang Tak Pernah Kehilangan Penggemar

BACA JUGA:Otak-otak : Kuliner Tradisional yang Tetap Digemari di Tengah Arus Modernisasi

“Orang-orang mulai sadar bahwa makanan tradisional Indonesia itu tidak kalah enaknya dengan makanan luar.

Apalagi singkong kan lebih sehat daripada kentang goreng, karena tinggi serat dan bebas gluten,” ujarnya saat ditemui di gerainya di kawasan Tebet, Jakarta Selatan.

 

Tak hanya itu, singkong juga dianggap sebagai bahan pangan lokal yang lebih ramah lingkungan.

Singkong membutuhkan lebih sedikit air dibandingkan dengan padi atau gandum, serta dapat tumbuh di lahan yang kurang subur.

BACA JUGA:Otak-Otak Crispy, Inovasi Camilan Kekinian yang Bikin Nagih

BACA JUGA:Pernah Makan Ini? Gulai Tambusu, Hidangan Khas Bukittinggi yang Kian Langka 

Hal ini menjadikan singkong sebagai komoditas penting dalam ketahanan pangan nasional.

 

Kementerian Pertanian bahkan sempat menggencarkan kampanye diversifikasi pangan dengan mempromosikan olahan singkong sebagai alternatif karbohidrat.

Dalam salah satu pernyataannya, Direktur Jenderal Tanaman Pangan menyebutkan bahwa singkong memiliki potensi besar untuk mendukung kedaulatan pangan Indonesia jika dikelola dengan baik.

 

“Lewat olahan kreatif seperti singkong keju, kita bisa meningkatkan nilai jual singkong.

Petani juga lebih semangat menanam singkong kalau tahu hasil panennya bisa diolah menjadi produk yang laku di pasaran,” katanya.

 

Dari segi ekonomi, industri singkong keju telah membuka peluang usaha bagi banyak pelaku UMKM.

Salah satunya adalah Rini Apriani, ibu rumah tangga asal Bogor yang memulai usaha singkong keju dari rumah sejak tahun 2023.

Dengan modal awal hanya Rp500.000, kini omzetnya bisa mencapai Rp8 juta per bulan.

“Kuncinya di rasa dan kualitas bahan.

Saya pilih singkong dari petani lokal, dan kejunya saya parut sendiri biar hasilnya lebih fresh,” tutur Rini.

 

Keberhasilan UMKM seperti milik Rini menunjukkan bahwa makanan tradisional tak kalah potensial dibandingkan kuliner modern.

Bahkan, beberapa gerai singkong keju sudah mulai masuk ke platform daring seperti GoFood, ShopeeFood, hingga e-commerce untuk penjualan keju beku siap goreng.

 

Namun, tantangan tetap ada. Salah satunya adalah fluktuasi harga keju impor yang bisa memengaruhi harga jual.

Selain itu, daya tahan singkong goreng yang tidak bisa bertahan lama membuat pengemasan menjadi hal krusial bagi pelaku usaha.

Untuk mengatasinya, beberapa inovator kini mencoba mengembangkan produk frozen cassava fries dengan topping keju terpisah agar lebih tahan lama dan mudah didistribusikan.

 

Dari sisi konsumen, singkong keju tetap menjadi pilihan camilan favorit, terutama karena rasanya yang gurih, teksturnya yang unik, dan tentu saja harganya yang masih cukup terjangkau.

Di media sosial, tagar #SingkongKeju bahkan sempat viral, dengan ratusan ribu unggahan menunjukkan berbagai kreasi dan gaya penyajian yang menggoda.

 

Pengamat kuliner lokal, Chef Bima Haria, mengatakan bahwa keberhasilan singkong keju adalah contoh sukses "lokalisasi" dalam tren kuliner.

“Kita tidak harus meniru luar negeri untuk bisa modern. Justru dengan mengangkat makanan tradisional seperti singkong keju, kita bisa tampil beda dan bangga dengan identitas kuliner sendiri,” ungkapnya.

 

Dengan semakin banyaknya inovasi dan dukungan terhadap pangan lokal, singkong keju diprediksi akan terus bertahan, bahkan berkembang menjadi produk ekspor dalam bentuk olahan siap saji.

Tak berlebihan jika singkong keju kini tak hanya jadi jajanan, tetapi juga simbol kebangkitan kuliner tradisional Indonesia di panggung global.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: