Dengan harga mulai dari Rp2.000 hingga Rp5.000 per buah, camilan ini bisa dijangkau oleh semua kalangan, dari pelajar hingga pekerja kantoran.
BACA JUGA:Ayam Geprek, Kuliner Pedas yang Tak Pernah Sepi Peminat
BACA JUGA:Sayur Asem : Sajian Segar yang Penuh Rasa dan Khasiat
Biasanya dijual dalam bentuk satuan, paket isi 5, 10, atau bahkan boks besar untuk acara kumpul keluarga atau arisan.
"Tahu Jeletot ini selalu jadi favorit kalau saya kumpul sama teman-teman.
Murah, enak, dan bikin nagih. Biasanya saya pilih level sedang, tapi teman saya selalu pesan yang super pedas," ujar Rani (26), karyawan swasta di Jakarta.
Kepraktisan penyajian dan bisa disantap kapan saja menjadikan Tahu Jeletot tidak hanya sebagai camilan, tapi juga makanan pengganti ketika waktu makan tidak sempat terpenuhi.
Tak heran jika banyak gerai atau penjual keliling menjual tahu jeletot di pinggir jalan, area sekolah, stasiun, dan pusat perbelanjaan.
Tahu Jeletot juga membuka peluang usaha yang cukup menjanjikan.
Dengan modal yang relatif kecil, banyak pelaku UMKM (Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah) mencoba peruntungan di bisnis ini.
Bahkan beberapa franchise lokal menawarkan paket kemitraan dengan harga di bawah Rp10 juta, lengkap dengan pelatihan, bahan baku awal, dan peralatan dasar.
Menurut data dari Asosiasi Franchise Indonesia, usaha makanan ringan seperti Tahu Jeletot mengalami pertumbuhan sekitar 12% per tahun sejak 2020, dengan dominasi di sektor jajanan pedas.
"Kami memberikan pelatihan kepada mitra tentang cara produksi, pengemasan, hingga pemasaran digital.
Karena saat ini, penjualan online melalui ojek daring juga menjadi jalur utama distribusi," ujar Andi Prasetyo, pemilik usaha waralaba tahu jeletot di Bekasi.
Agar tetap relevan di pasar yang kompetitif, para pengusaha Tahu Jeletot juga melakukan berbagai inovasi.
Mulai dari penambahan varian rasa seperti keju pedas, ayam cincang, hingga sosis mozzarella.