Jalur Pengangkutan Batubara dan Stockpile di Palembang: Keselamatan dan Keamanan Prioritas Utama

ESP menyatakan bahwa tongkang batubara seringkali ditarik tanpa diiringi kapal pandu, dan inilah yang menjadi titik kritis. 

"Lalu jika tak ada Kapal Pandu kenapa tongkang batubara itu bisa berangkat," jelas ESP.

BACA JUGA:Timbulkan Kemacetan Panjang, DPRD Sumsel Akan Panggil PT KAI, Masalah Angkutan Batubara

BACA JUGA:Dampak Debu Jalan Batubara PT MMJ di Kabupaten Muba, Balita Idap Penyakit Paru-paru Kotor

Menurut ESP, kecelakaan yang melibatkan tongkang batubara tidak hanya merugikan secara materi, tetapi juga mengancam ikon sejarah kota. 

"Terpenting harus diperhatikan jika Jembatan Ampera itu merupakan ikon sejarah Palembang. Dan ini semua tanggungjawab Kemenhub, jangan sampai kecelakaan tongkang batubara itu terjadi lagi kedepan," katanya.

Eddy Santana Putra menegaskan bahwa langkah konkret harus segera diambil. 

Dia akan melakukan pengecekan langsung ke beberapa titik di Kota Palembang dan mengadakan pertemuan dengan berbagai pihak terkait. 

BACA JUGA:Warga Kesulitan Air Bersih, Diduga Air Terkontaminasi Debu Batubara

BACA JUGA:Terdampak Debu Jalan Batubara PT MMJ, Warga Desa Sako Suban Kabupaten Muba Minta Solusi

Jika belum ada hasil, ESP tidak menutup kemungkinan untuk menggelar rapat di Komisi V DPR RI dan bahkan membentuk Pansus (Panitia Khusus) jika diperlukan.

Selain itu, ESP juga membahas urgensi pengawasan stockpile batubara di Kota Palembang. 

Ia menyoroti Raperda (Rancangan Peraturan Daerah) terkait stockpile batubara dan menekankan bahwa keselamatan, keamanan, dan tanggung jawab sosial perusahaan batubara (CSR) harus menjadi fokus utama.

"Apalagi di Kota Palembang ada bahasan Raperda mengenai stockpile batubara. Termasuk keselamatan dan keamanan terkait angkutan dan stockpile batubara harus diutamakan. Begitu juga masalah CSR perusahaan batubara," terang Eddy Santana Putra.

BACA JUGA:Dampak Debu Hauling Batubara di Desa Pangkalan Bayat Buat Warga Menderita Tak Berujung

Sumber: