Singkong Rebus dan Gigi Berlubang

Singkong Rebus dan Gigi Berlubang

Rizki Nurul Fatimah, S.Kp.G., M.K.M Dosen DIII Teknik Gigi Poltekkes Kemenkes Tanjungkarang-ist-ist

Oleh: Rizki Nurul Fatimah, S.Kp.G., M.K.M

Dosen DIII Teknik Gigi Poltekkes Kemenkes Tanjungkarang

 

Singkong rebus sudah lama dikenal sebagai makanan bergizi yang dikonsumsi masyarakat Indonesia. Namun siapa sangka, jenis umbi-umbian ini ternyata berpotensi menyebabkan gigi berlubang.

SINGKONG (Manihot esculenta Crantz) merupakan makanan yang kaya akan sumber karbohidrat yang berasal dari umbi. Karbohidrat merupakan sumber energi utama bagi tubuh manusia, yang menyediakan 4 kalori energi pangan per gram.

Singkong merupakan salah satu tanaman perdu yang berasal dari benua Amerika, tepatnya dari Brasil. Di dalam singkong terdapat kandungan getah. Kandungan getah pada singkong lebih banyak dibandingkan jenis kentang, sehingga singkong lebih bersifat lengket.

Kandungan karbohidrat pada singkong yaitu 34,7 gram dalam setiap 100 gramnya. Singkong sangat sering di konsumsi oleh masyarakat baik dalam bentuk olahan atau tela. 

Singkong termasuk golongan karbohidrat polisakarida jenis amilum (zat pati), yaitu senyawa karbohidrat kompleks yang di dalamnya terkandung lebih dari 60.000 molekul monosakarida yang tersusun membentuk rantai lurus ataupun bercabang. Polisakarida mempunyai rasa tawar (tidak manis), tidak seperti monosakarida dan disakarida.

Masyarakat luas mengenal singkong sebagai salah satu jenis umbi-umbian bergizi yang kaya akan karbohidrat. Singkong mempunyai kandungan kadar gula yang rendah. 

Kandungan gula didalam singkong berupa glukosa. Singkong yang rendah gula sangat baik dikonsumsi terutama untuk program diet dan penderita diabetes.

Akan tetapi ada fakta lain yang diungkap dalam penelitian Ahadiyah NS (2010) dari Fakultas Kedokteran Gigi, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta.

Dalam penelitian yang berjudul Perbedaan Penurunan Derajat Asam (pH) Saliva Setelah Konsumsi Kentang Goreng dan Kentang Rebus Pada Anak Usia 8-9 Tahun (Kajian SDN Pingit Yogyakarta), Ahadiyah mengungkap, salah satu makanan karbohidrat jenis umbi-umbian dapat menyebabkan penurunan pH saliva. 

PH saliva adalah derajat keasamaan yang digunakan untuk menyatakan tingkat keasaman atau kebasaan pada suatu cairan kompleks di dalam rongga mulut. 

Keadaan rongga mulut yang pH-nya rendah akan memudahkan proses pertumbuhan bakteri asidogenik seperti Streptococcus mutans dan Lactobacillus.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: