Mosaik Budaya dan Tantangan Pendidikan di Kalimantan Utara

Mosaik Budaya dan Tantangan Pendidikan di Kalimantan Utara

Mosaik Budaya dan Tantangan Pendidikan di Kalimantan Utara.-Palpos.id-Dokumen Palpos.id

Keberagaman ini menjadi fondasi harmoni antarwarga, menciptakan kerukunan dalam perbedaan.

Pendidikan di Tepi Perbatasan: Tantangan dan Solusi

Meskipun keberagaman budaya menjadi kekayaan, pendidikan anak-anak di Kalimantan Utara masih menghadapi sejumlah tantangan, terutama di daerah perbatasan. 

Banyak penduduk yang bekerja di perkebunan sawit, menjauh dari pemukiman, membuat akses pendidikan sulit dijangkau. 

Anak-anak tak dapat sekolah karena ketiadaan pilihan pendidikan dan karena warga yang bekerja di Malaysia terpaksa putus sekolah.

BACA JUGA:Pemekaran Wilayah Provinsi Kalimantan Utara, Usulan DOB Tanjung Selor Untuk Masa Depan Kaltara Berkilau

BACA JUGA:Ini Alasan Utama Pemekaran Kota Tanjung Selor di Kalimantan Utara Sangat Mendesak

Menurut Sistem Informasi Data Statistik Sektoral Kalimantan Utara, 1.140 ruang kelas SD hingga SMA mengalami kerusakan sedang hingga berat. 

Meskipun sejumlah sekolah telah diperbaiki, permasalahan ini belum terselesaikan sepenuhnya. 

Pada 2019, 30 sekolah dasar dan menengah diperbaiki, termasuk 12 di perbatasan Indonesia-Malaysia dengan anggaran mencapai Rp 34 miliar.

Meskipun demikian, masyarakat Kalimantan Utara juga bergerak untuk memberdayakan pendidikan.

BACA JUGA:UPDATE ! 5 Usulan Pemekaran Kabupaten dan Kota di Kalimantan Utara

BACA JUGA:Pemekaran Wilayah Provinsi Kalimantan Utara: Melangkah ke Masa Depan Lebih Luas

Kabupaten Malinau menjadi contoh, dengan program "jam belajar masyarakat" (jambelmas) yang muncul dari Gerakan Wajib Belajar 16 Tahun. 

Program ini dilengkapi dengan perpustakaan desa dan rumah baca masyarakat. Menurut Neraca Pendidikan Daerah Kemendikbud, per 2018, kabupaten ini memiliki 99 SD dan 29 SMP, menunjukkan usaha lokal dalam meningkatkan akses pendidikan.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: