Pesona VW Safari Dari Warisan Perang Dunia-II Sampai Menjadi Kendaraan Dinas Camat Era Tahun 70-80 an

Peluang ini dimanfaatkan dengan menghadirkan VW 181 sebagai versi sipil dari Kübelwagen, mengusung daya tahan dan kehandalan yang telah terbukti di medan perang.

Produksi VW Safari dibagi dalam dua periode, yakni 1969-1972 di Jerman dan 1972-1980 di Meksiko.

BACA JUGA:BMW Tarik 12.500 Unit Mini Cooper Listrik Karena Masalah Baterai

BACA JUGA:Honda Civic Estilo: Ikon Hatchback yang Menolak Tua Keberadaannya Kian Diburu dan Dipuja

Di Jerman Barat, mobil ini juga dikenal sebagai Kurierwagen dan di Meksiko, namanya berubah menjadi Safari, yang kemudian populer di Indonesia.

VW Safari dikembangkan dengan menggunakan komponen dari berbagai model Volkswagen lainnya.

Sasisnya mengambil inspirasi dari VW Beetle, lantai dan rangka dari Karmann Ghia, serta suspensi dari VW T1.

Mesin flat-4 berpendingin udara dan transmisi manual menjadi jantung dari mobil ini, memberikan performa yang optimal di berbagai medan.

BACA JUGA:Land Rover Defender Autobiography Edition: Edisi Terbatas yang Menutup Sejarah Legenda Otomotif

BACA JUGA:Mengenang Jeep CJ-7: Simbol Kebebasan dan Gaya Hidup di Tahun 80-an

Pada tahun 1973, desain as belakang VW Safari diperbarui dengan menggunakan double jointed axles dari Porsche, meningkatkan kestabilan dan kemampuan manuver di medan berat.

Di Indonesia, VW Safari menjadi kendaraan dinas yang andal, terutama bagi para camat yang harus menjangkau daerah-daerah terpencil.

Mobil ini mampu menaklukkan medan sulit, berkat mesin belakang dan penggerak roda belakang yang memberikan traksi maksimal, terutama saat menanjak.

Suspensi dengan jarak main yang panjang memungkinkan Safari melewati jalan berbatu tanpa kendala.

BACA JUGA:Mitsubishi Pajero 'Camel Trophy Edition': SUV Legendaris Paling Langka Hanya di Produksi 150 Unit Saja!

Sumber: