Sagu Lempeng : Warisan Kuliner Nusantara yang Kembali Dilirik di Tengah Tren Makanan Sehat

Di tengah tren makanan sehat dan kembali ke pangan lokal, sagu lempeng hadir sebagai pilihan yang tak hanya lezat, tapi juga sarat makna budaya. -Fhoto: Istimewa-
Pemerintah daerah juga turut serta dalam mendorong pengembangan produk sagu.
Program pelatihan olahan sagu untuk masyarakat dan dukungan pemasaran melalui e-commerce menjadi strategi utama untuk mempopulerkan sagu lempeng ke pasar nasional dan internasional.
Tantangan dan Harapan
Meski pamornya mulai meningkat, sagu lempeng masih menghadapi tantangan.
Di antaranya adalah pasokan bahan baku yang terbatas dan proses pengolahan yang masih tradisional dan memakan waktu.
Sagu diperoleh dari pohon sagu (Metroxylon sagu) yang tumbuh di rawa-rawa dan memerlukan proses ekstraksi pati yang panjang.
“Perlu dukungan teknologi tepat guna agar proses pengolahan sagu bisa lebih efisien tanpa menghilangkan nilai tradisionalnya,” kata Dr. Yanti Rumasukun.
Ia juga menekankan pentingnya pelestarian hutan sagu sebagai bagian dari keberlanjutan ekosistem dan ketahanan pangan lokal.
Kalau kita bisa menjaga hutan sagu, kita tidak hanya melestarikan makanan lokal, tapi juga menjaga lingkungan dan warisan budaya," tambahnya.
Dalam beberapa festival kuliner internasional, sagu lempeng mulai diperkenalkan sebagai bagian dari kuliner autentik Indonesia.
Chef Yuda Bustara, yang dikenal sering mengangkat makanan tradisional Indonesia ke ranah internasional, menyebut sagu lempeng sebagai "makanan masa depan yang berasal dari masa lalu."
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: