Pecak Ikan Nila, Kuliner Khas Betawi yang Kian Diminati di Tengah Tren Makanan Modern"

Pecak Ikan Nila : Rasa pedas yang menggugah selera, tradisi Betawi yang tetap eksis Siap-siap ketagihan.-Fhoto: Istimewa-
PALPOS.ID — Di tengah menjamurnya berbagai jenis makanan modern dan kuliner internasional, kuliner tradisional Betawi terus menunjukkan eksistensinya.
Salah satu hidangan yang kini kembali naik daun adalah Pecak Ikan Nila, sajian pedas nan segar yang menjadi favorit baru di berbagai warung makan hingga restoran khas Nusantara.
Pecak ikan nila merupakan salah satu varian dari pecak, makanan khas Betawi yang terkenal dengan kuah pedas berbahan dasar cabai, bawang, kemiri, dan asam.
Ikan nila yang digunakan biasanya digoreng garing lalu disiram dengan sambal pecak yang memiliki rasa unik: pedas, asam, segar, dan sedikit gurih.
BACA JUGA:Oseng Genjer : Masakan Tradisional yang Kembali Populer di Tengah Tren Kuliner Modern
BACA JUGA:Bistik Ayam, Alternatif Lezat dan Sehat yang Kian Diminati Masyarakat
Cita rasa ini membuat pecak ikan nila cocok disantap bersama nasi hangat, lalapan, dan kerupuk.
Menurut Siti Rohayati (46), pemilik warung makan Betawi "Pecak Babe" di kawasan Pasar Minggu, pecak ikan nila mengalami peningkatan peminat dalam dua tahun terakhir.
"Awalnya saya hanya sediakan pecak lele dan ayam. Tapi banyak pelanggan minta ikan nila karena dagingnya lebih tebal dan tidak banyak duri.
Ternyata laris sekali. Sekarang malah jadi menu andalan," ujarnya saat ditemui pada Rabu (30/7).
BACA JUGA:La Petis, Hidangan Khas Rumahan Asli Jawa Timur yang Gurih dan Kaya Rempah
BACA JUGA:Lezat dan Menggoda, Ini Resep Nasi Goreng Cabe Ijo ala Cafe yang Bikin Ketagihan!
Peningkatan popularitas pecak ikan nila juga dirasakan oleh pelaku UMKM dan pelestari kuliner Betawi.
Di tengah dominasi makanan cepat saji dan budaya nongkrong dengan kopi kekinian, makanan tradisional tetap mendapat tempat tersendiri di hati masyarakat, terutama generasi muda yang mulai mencari pengalaman kuliner otentik.
Hal ini diamini oleh Dedi Kurniawan, seorang food blogger yang kerap mengulas makanan khas Indonesia.
Menurutnya, pecak ikan nila adalah kombinasi sempurna antara rasa lokal dan tampilan menarik.
BACA JUGA:Bakso Goreng Ayam : Inovasi Kuliner yang Menggoyang Lidah
BACA JUGA:Bakso Goreng Aci Mekar, Jajanan Viral yang Bikin Ketagihan Warga Kota
“Secara visual, pecak ini sangat Instagramable—warna merah dari sambalnya kontras dengan ikan gorengnya.
Rasanya juga kuat, pedasnya nampol, cocok buat anak muda zaman sekarang yang suka makanan ekstrem tapi tetap ‘Indonesia banget’,” jelas Dedi.
Pecak sendiri berasal dari masyarakat Betawi, dan telah dikenal sejak puluhan tahun silam.
Meski awalnya identik dengan ikan air tawar seperti lele atau gabus, kini banyak variasi pecak yang menggunakan jenis ikan lain, termasuk nila, gurame, dan bahkan bandeng.
Menurut budayawan Betawi, M. Ridwan Saidi (alm), dalam beberapa catatan sejarah, makanan pecak dipercaya sebagai simbol kerukunan karena sering disajikan dalam acara-acara syukuran dan kumpul keluarga.
Kuah pecaknya yang meresap dan menyatu dengan daging ikan menggambarkan keharmonisan antarelemen dalam sebuah keluarga.
Dalam perkembangannya, pecak ikan nila menjadi simbol perlawanan terhadap dominasi makanan asing.
Melalui cita rasa kuat dan bahan lokal, makanan ini menjadi bentuk identitas dan kebanggaan warga Betawi yang tidak ingin kulinernya tenggelam oleh tren makanan luar negeri.
Selain nilai budaya, pecak ikan nila juga memiliki nilai ekonomi yang menjanjikan.
Menurut data Dinas Koperasi, UKM dan Perdagangan DKI Jakarta, penjualan makanan tradisional Betawi meningkat sebesar 17% dalam kurun waktu 2023–2024.
Pecak, termasuk ikan nila, menjadi salah satu menu yang paling banyak dibeli di platform pemesanan makanan daring.
Tidak hanya UMKM kuliner, pembudidaya ikan nila pun turut merasakan dampak positif dari tren ini.
Di daerah Bojong Gede, Bogor, misalnya, permintaan ikan nila meningkat hingga 30% selama semester pertama tahun 2025.
Peternak ikan seperti Hendra Wijaya (39) mengaku kewalahan memenuhi permintaan restoran-restoran di Jakarta.
"Biasanya saya kirim 50–60 kilogram ikan nila per minggu ke Jakarta.
Sekarang bisa sampai 100 kilogram. Semua pada nyari untuk bikin pecak," jelasnya.
Pemerintah Provinsi DKI Jakarta melalui Dinas Kebudayaan dan Dinas Pariwisata juga mulai serius mempromosikan kuliner lokal.
Dalam ajang "Festival Kuliner Betawi 2025" yang digelar di Monas pada Juli lalu, pecak ikan nila menjadi salah satu menu wajib yang disajikan oleh lebih dari 100 peserta stan kuliner.
Kepala Dinas Pariwisata dan Ekonomi Kreatif DKI Jakarta, Andhika Saputra, menyebut bahwa kuliner adalah bagian penting dari pelestarian budaya.
“Kami akan terus dorong pelaku usaha dan generasi muda untuk mengembangkan resep-resep tradisional seperti pecak ini, agar tak hanya lestari tapi juga mendunia,” ujarnya.
Pecak ikan nila kini bukan sekadar makanan rumahan, tetapi sudah menjadi simbol kebangkitan kuliner tradisional Betawi.
Dengan rasa yang kuat, bahan yang mudah didapat, dan nilai budaya yang kental, hidangan ini berpotensi besar menjadi ikon kuliner Nusantara di masa depan.
Bagi pecinta makanan pedas dan autentik, pecak ikan nila adalah jawaban atas kerinduan akan cita rasa Indonesia yang sejati.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: