Kebijakan Tarif Anti Dumping: Solusi atau Masalah Baru?

Sabtu 20-07-2024,10:19 WIB
Reporter : Bambang
Editor : Yan

BACA JUGA:Ini 7 Perusahaan di OKI yang Diadukan ke Disnakertrans OKI Karena Masalah PHK Karyawan

BACA JUGA:Karyawan Kena PHK tetap Dapat Bansos Dana BSU 2023, Asal...

Kasus Industri Tekstil dan Keramik

Industri tekstil di Indonesia menjadi salah satu yang paling terdampak oleh praktik dumping. 

Namun, Prof. Rhenald Kasali menekankan bahwa setiap industri memiliki kasus yang berbeda dan tidak bisa diselesaikan dengan pendekatan yang sama. 

Ia mencontohkan bahwa asosiasi industri perlu lebih cerdas dan strategis dalam mengatasi masalah ini.

“Asosiasi harus lebih cerdas dan strategis. Yang berantakan dan merusak mereka adalah struktur industri, keberadaan bahan baku dan penolong yang tidak didukung pemerintah, Bea masuk terhadap bahan-bahan mentah dan permesinan terlalu tinggi, mahalnya biaya modal, harga gas dan energi yang kalah dengan negara lain,” ujarnya.

Ia juga mengingatkan bahwa dalam kasus industri keramik, data-data yang diajukan asosiasi perlu diverifikasi kembali karena banyak yang tidak sesuai dengan kenyataan di lapangan.

Jalan Pintas yang Berbahaya

Prof. Rhenald Kasali menekankan bahwa kebijakan tarif anti dumping yang terlalu tinggi merupakan jalan pintas yang berbahaya. 

“Negeri ini apa-apa selalu cari jalan pintas. Seakan-akan tarif anti dumping ratusan persen solusi terbaik,” ujarnya di Depok. “Padahal ini bisa memicu pembalasan pada kategori industri lain yang menjadi komoditas ekspor Indonesia,” tambahnya.

Ia menegaskan bahwa industri tekstil memang terpukul, namun untuk industri elektronik dan keramik, solusi yang diperlukan adalah membangun industri yang lebih kuat dengan insentif yang menarik dari pemerintah.

Perbedaan Pasar dan Persaingan

Dalam contoh industri keramik, Prof. Rhenald Kasali menjelaskan bahwa keramik lokal (yang disebut red body-HS Code 6907.23) sulit disaingi barang impor meskipun ada persaingan dengan barang dari China. 

Hal ini karena Indonesia adalah penghasil tanah liat yang kaya, sehingga keramik red body Indonesia bisa lebih kompetitif jika diberi insentif yang tepat.

Sebaliknya, China fokus pada produksi keramik porselen (HS code 6907.21) yang dibuat dari kaolin yang berlimpah di negara mereka dan ditujukan untuk pasar kelas menengah ke atas. 

Kategori :