Lemper : Pangan Tradisional Indonesia Yang Tetap Eksis Di Tengan Modernitas

Lemper : Pangan Tradisional Indonesia Yang Tetap Eksis Di Tengan Modernitas

Lemper : Makanan tradisional yang tak lekang oleh waktu.-Fhoto: Istimewa-

PALPOS.ID — Di tengah maraknya tren makanan modern dan serba instan, kuliner tradisional Indonesia terus menunjukkan eksistensinya.

Salah satu jajanan tradisional yang masih digemari lintas generasi hingga kini adalah lemper — panganan berbahan dasar ketan dengan isian ayam suwir berbumbu yang dibungkus daun pisang.

Lemper bukan sekadar makanan ringan, tetapi juga bagian dari warisan budaya kuliner yang memiliki nilai historis dan emosional yang kuat.

 

Lemper dikenal luas di berbagai daerah di Indonesia.

BACA JUGA:Onde-Onde : Kue Tradisional yang Tak Lekang oleh Waktu

BACA JUGA:Resep Bolu Kukus Mekar Merah Putih: Lembut, Manis, dan Cantik Pas Untuk Acara HUT RI

Cita rasanya yang gurih dan teksturnya yang kenyal menjadikannya favorit di berbagai acara, mulai dari arisan keluarga, rapat kantor, hingga hajatan adat.

Meskipun tampak sederhana, lemper menyimpan filosofi dan cerita panjang sebagai simbol kebersamaan dan kesederhanaan.

 

Menurut sejumlah sejarawan kuliner, lemper diperkirakan sudah ada sejak masa kerajaan di Jawa.

Kata "lemper" diyakini berasal dari gabungan kata "lem" yang berarti melekat dan "emper" yang berarti menempel di pinggiran.

BACA JUGA:Jagung Camilan Lezat dan Kaya Manfaat, Begini Cara Mengolah yang Benar untuk Manfaat Optimal!

BACA JUGA:Bolu Kukus Gula Aren : Kreasi Lezat dan Sehat yang Menyegarkan Lidah

Filosofinya adalah makanan ini menyatukan banyak unsur — ketan dan isiannya — menjadi satu kesatuan yang harmonis.

 

Lemper juga memiliki kemiripan dengan sejumlah makanan dari negara lain, seperti onigiri di Jepang atau sticky rice roll di Thailand, namun tetap memiliki ciri khas tersendiri.

Cita rasa rempah-rempah Indonesia dalam isiannya memberikan identitas kuat yang tak tertandingi.

 

Meski secara tradisional lemper diisi dengan suwiran ayam yang dimasak dengan santan dan bumbu rempah, kini banyak inovasi yang membuat lemper semakin bervariasi.

BACA JUGA:Donat Pisang Wijen : Inovasi Camilan Sehat yang Digemari Semua Kalangan

BACA JUGA:Kacang Macadamia : Si Mewah dari Alam yang Kian Diminati Dunia

Beberapa pedagang mulai menawarkan lemper isi abon sapi, rendang, tuna pedas, bahkan keju.

Tidak sedikit pula yang mengganti bungkus daun pisang dengan kertas makanan modern agar lebih praktis dan higienis, meskipun sebagian penikmat kuliner merasa aroma daun pisang merupakan bagian tak terpisahkan dari pengalaman menyantap lemper.

 

Salah satu pelaku UMKM, Siti Aisyah (45), pemilik usaha “Lemper Bu Siti” di kawasan Jakarta Selatan, mengungkapkan bahwa inovasi rasa menjadi salah satu kunci mempertahankan bisnisnya.

 

“Anak muda sekarang banyak yang suka lemper, tapi mereka juga senang coba rasa baru. Saya buat lemper isi tuna pedas dan lemper mozarella.

Alhamdulillah, laris di media sosial,” ujarnya saat ditemui di dapurnya.

 

Dalam beberapa tahun terakhir, banyak penjual lemper yang beralih ke platform digital seperti Instagram, TikTok, dan e-commerce untuk memperluas jangkauan pasar.

Tak sedikit pula yang memanfaatkan layanan pesan antar makanan untuk menjangkau konsumen yang lebih luas.

 

Tren ini terbukti efektif. Menurut data dari Asosiasi UMKM Kuliner Indonesia, penjualan makanan tradisional secara daring meningkat sebesar 30% dalam dua tahun terakhir, dan lemper termasuk dalam 10 besar makanan ringan paling banyak dipesan.

 

Lemper juga mulai banyak ditemukan di hotel-hotel berbintang dan restoran modern sebagai bagian dari upaya mempromosikan kuliner lokal.

Salah satunya adalah Hotel Borobudur Jakarta yang menyajikan lemper dalam paket "Indonesian High Tea".

 

Namun, meskipun popularitasnya cukup tinggi, kekhawatiran akan punahnya makanan tradisional tetap ada.

Generasi muda dianggap kurang tertarik untuk mempelajari cara membuat lemper secara tradisional, yang membutuhkan ketelatenan dan waktu cukup lama.

 

Untuk mengatasi hal ini, beberapa komunitas kuliner dan lembaga kebudayaan mulai mengadakan workshop memasak makanan tradisional, termasuk lemper, bagi generasi muda.

Tujuannya agar warisan kuliner ini tetap lestari.

 

Salah satu penggiat pelestarian kuliner Nusantara, Chef Didi Wahyudi, menekankan pentingnya edukasi sejak dini.

 

“Anak muda sekarang harus tahu bahwa makanan seperti lemper itu bukan sekadar enak, tapi juga bagian dari identitas bangsa.

Kita tidak boleh hanya bangga dengan makanan luar, sementara makanan sendiri dilupakan,” tegasnya.

 

Melihat geliat industri makanan tradisional yang semakin kreatif, masa depan lemper tampaknya masih cukup cerah.

Dengan dukungan inovasi rasa, pemasaran digital, dan pelestarian budaya, lemper tidak hanya akan bertahan, tapi juga berkembang menyesuaikan zaman.

 

 

 

 

 

Sebagai makanan yang telah melewati berbagai generasi, lemper membuktikan bahwa nilai tradisional bisa hidup berdampingan dengan modernitas.

Cita rasanya yang khas dan kehangatan yang dibawanya menjadikan lemper bukan sekadar jajanan, tetapi juga kenangan yang tak lekang oleh waktu.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: