Pindang Betawi, Hidangan Tradisional yang Kian Dilirik Penikmat Kuliner Nusantara

Pindang Betawi, Hidangan Tradisional yang Kian Dilirik Penikmat Kuliner Nusantara

Pindang Betawi: Hidangan Lawas yang Kembali Jadi Primadona!-Fhoto: Istimewa-

PALPOS.ID - Ketika berbicara tentang kuliner khas Betawi, pikiran kebanyakan orang langsung tertuju pada soto Betawi, kerak telor, atau nasi uduk.

Namun, belakangan ini, sebuah kuliner lawas bernama Pindang Betawi mulai kembali mencuri perhatian publik.

Sajian ini perlahan namun pasti kembali ke meja makan masyarakat setelah lama tenggelam oleh popularitas kuliner Betawi lainnya.

 

Pindang Betawi adalah hidangan berbahan dasar ikan—biasanya ikan bandeng, patin, atau gabus—yang dimasak dalam kuah asam segar beraroma rempah.

BACA JUGA:Semur Jengkol : Kuliner Tradisional yang Dicintai dan Dibenci Sekaligus

BACA JUGA:Sate Blora, Kuliner Legendaris dari Jawa Tengah yang Makin Mendunia

Berbeda dengan pindang dari daerah lain seperti Palembang yang berkuah kuning atau coklat pekat, pindang Betawi cenderung memiliki kuah bening kemerahan dengan rasa asam, pedas, dan gurih yang seimbang.

 

Makanan ini dulunya merupakan bagian dari tradisi kuliner masyarakat Betawi pesisir, terutama di kawasan Jakarta Utara seperti Marunda dan Cilincing.

Di sanalah para nelayan dan keluarga mereka biasa mengolah ikan hasil tangkapan menjadi pindang sebagai menu sehari-hari. Namun seiring dengan modernisasi dan perubahan gaya hidup, kuliner ini sempat meredup.

 

 

Kembalinya popularitas pindang Betawi tidak lepas dari upaya sejumlah komunitas budaya dan pemerintah daerah yang gencar mempromosikan kuliner tradisional dalam beberapa tahun terakhir.

BACA JUGA:Kerak Telur : Warisan Kuliner Betawi yang Bertahan di Tengah Gempuran Modernisasi

BACA JUGA:Sup Kambing, Kuliner Legendaris yang Tetap Digemari Sepanjang Masa

Salah satunya melalui Festival Kuliner Betawi yang digelar setiap tahun oleh Dinas Pariwisata dan Kebudayaan DKI Jakarta.

 

Dalam festival tersebut, Pindang Betawi mulai diperkenalkan kembali ke publik luas, lengkap dengan demo masak, lomba memasak antar-RT, hingga penjualan dalam bentuk kemasan siap saji. Respons masyarakat pun cukup positif.

 

"Saya baru pertama kali coba pindang Betawi dan rasanya unik sekali, segar dan kaya rempah.

Ini harus lebih sering muncul di restoran," ujar Rina (34), pengunjung festival kuliner di Taman Mini Indonesia Indah (TMII) pada Agustus lalu.

BACA JUGA:Tempe: Menu Sehat dan Ekonomis, Bisa Diolah Jadi Berbagai Hidangan yang Disukai Semua Kalangan

BACA JUGA:Soto Medan : Warisan Kuliner yang Menggugah Selera dari Sumatera Utara

 

 

Salah satu pegiat kuliner Betawi, Hj. Asni (62), mengungkapkan bahwa pindang Betawi adalah warisan leluhurnya yang dahulu hampir punah.

Ia kini membuka warung makan bernama “Warung Pindang Mpok Asni” di kawasan Rawamangun, Jakarta Timur, yang khusus menyajikan hidangan ini.

 

Menurutnya, kunci kelezatan pindang Betawi ada pada racikan bumbunya.

Ia menggunakan kombinasi bawang merah, bawang putih, kemiri, cabai merah, jahe, lengkuas, daun salam, dan asam jawa, yang semuanya dimasak dengan cara tradisional tanpa bahan pengawet.

 

"Kalau mau yang otentik, masaknya harus sabar. Saya masih pakai tungku arang biar aromanya keluar," ujar Asni, yang juga kerap diundang untuk mengisi pelatihan memasak oleh komunitas pelestari budaya Betawi.

 

 

Menariknya, pindang Betawi kini juga mulai merambah pasar digital.

Sejumlah pelaku UMKM telah menjual pindang Betawi dalam bentuk frozen food maupun ready to eat melalui platform seperti Tokopedia, Shopee, dan media sosial.

 

Salah satu pelaku UMKM, Rudi Hartono (29), mengungkapkan bahwa permintaan pindang Betawi cukup tinggi, terutama dari kalangan perantau asal Jakarta yang tinggal di luar daerah. Ia mengaku bisa menjual hingga 300 paket pindang beku setiap bulan.

 

"Awalnya saya cuma coba-coba jual lewat Instagram. Tapi ternyata banyak yang suka, terutama yang kangen masakan rumah ala Betawi," kata Rudi.

 

Ia juga sedang dalam proses pengurusan sertifikasi halal dan izin edar dari BPOM agar bisa memasukkan produk pindangnya ke pasar ritel modern.

 

 

Menurut pengamat budaya dari Universitas Indonesia, Dr. M. Yusron, kembalinya pindang Betawi ke panggung kuliner nasional menunjukkan bahwa kuliner tradisional masih memiliki tempat istimewa di hati masyarakat.

 

“Pindang Betawi bisa menjadi salah satu ikon wisata kuliner Jakarta jika dikembangkan secara serius, seperti halnya soto Betawi atau kerak telor.

Pemerintah dan pelaku usaha perlu bersinergi agar kuliner ini tidak hanya eksis tapi juga berkelanjutan,” ujarnya.

 

Yusron menambahkan, memasukkan pindang Betawi dalam program wisata seperti Jakarta Food Tour atau Wisata Kampung Betawi bisa menjadi langkah strategis untuk memperkenalkan kekayaan kuliner lokal kepada wisatawan domestik dan mancanegara.

 

 

Ke depan, para pelaku dan pemerhati kuliner berharap agar pindang Betawi tidak hanya sekadar menjadi tren sesaat.

Diperlukan edukasi kepada generasi muda agar mereka mengenal dan mencintai makanan tradisional sebagai bagian dari identitas budaya.

 

"Sekarang banyak anak muda lebih kenal makanan Korea daripada makanan daerahnya sendiri. Itu menyedihkan.

Maka tugas kita bersama untuk memperkenalkan makanan seperti pindang Betawi ini sejak dini, di sekolah, di rumah, dan di media sosial," tutup Hj. Asni.

 

Dengan cita rasa yang khas, nilai budaya yang kuat, dan dukungan dari berbagai pihak, Pindang Betawi memiliki peluang besar untuk kembali menjadi primadona kuliner Betawi.

Tak hanya sebagai hidangan, tetapi juga sebagai simbol identitas dan kekayaan budaya ibu kota.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: