Ramen Jepang Kian Populer, Variasi Lokal Mendominasi Tren Kuliner 2025
Ramen.-Fhoto: Istimewa-
Demi memenangkan persaingan, banyak restoran menghadirkan kreasi unik yang memadukan teknik memasak Jepang dengan bumbu Nusantara.
Ramen sambal matah, ramen rendang, hingga ramen kare ayam kampung menjadi menu yang semakin sering dijumpai.
BACA JUGA:Ayam Goreng Pedas Melanda : Gerai Kuliner Ramai Diserbu Pecinta Makanan Pedas di Berbagai Daerah
BACA JUGA:Ayam Goreng Bawang Putih Jadi Primadona Baru di Dunia Kuliner Lokal
Chef Dimas Haryono, yang dikenal dengan eksperimen kuliner Asia, menjelaskan bahwa kunci ramen yang disukai masyarakat Indonesia ada pada kuah yang “tebal rasa”.
“Kita ini terbiasa dengan makanan bersantan atau berbumbu kuat. Jadi kuah ramen juga harus punya karakter yang menonjol. Karenanya, banyak restoran menambahkan elemen pedas seperti cabai rawit atau sambal khas daerah,” terangnya.
Selain rasa, pilihan topping juga semakin beragam. Jika dulu topping hanya berkisar telur, chashu, dan jamur, kini terdapat topping seperti bakso pedas, ayam serundeng, hingga kulit ayam renyah.
Selain restoran, produk ramen instan premium turut mencuri perhatian. Berbeda dengan ramen instan biasa, varian premium menawarkan kuah lebih kental, bumbu lebih autentik, serta mie yang teksturnya mirip ramen restoran.
Penjualan ramen instan premium di platform e-commerce disebut naik 60 persen sepanjang tahun 2024. Konsumen muda menjadi pasar terbesar, terutama mereka yang menginginkan ramen berkualitas tanpa perlu pergi ke restoran.
Brand-brand Jepang juga mulai memperluas pasar dengan membuka lini produksi di Indonesia untuk menekan harga dan meningkatkan aksesibilitas.
Sementara itu, produsen lokal terus berinovasi agar dapat bersaing dengan menghadirkan rasa yang khas Indonesia.
Tantangan: Harga dan Persaingan Ketat
Meski tren terus meningkat, industri ramen tidak luput dari tantangan. Harga bahan baku impor, termasuk bubuk kaldu dan nori, mengalami kenaikan signifikan dalam setahun terakhir. Hal ini membuat beberapa restoran terpaksa menyesuaikan harga jual.
Selain itu, persaingan antarrestoran kian ketat. Banyak pelaku usaha baru yang masuk ke pasar ramen dengan strategi harga lebih terjangkau, memaksa restoran besar untuk mempertahankan pelanggan melalui peningkatan kualitas dan pelayanan.
“Pasarnya tumbuh, tapi kompetisi sedang panas-panasnya. Konsumen sekarang sangat kritis soal rasa, harga, hingga penyajian. Restoran harus benar-benar menjaga konsistensi,” kata Rika.
Cek Berita dan Artikel lainnya di Google News
Sumber:


