Berdayakan Masyarakat Melalui ‘Raden Mas Prabu’, Transformasi Serat Daun Nanas Menjadi Kain Tenun yang Mewah

Berdayakan Masyarakat Melalui ‘Raden Mas Prabu’, Transformasi Serat Daun Nanas Menjadi Kain Tenun yang Mewah

Pengrajin di Rumah Busana Riady memintal benang yang dibuat dari serat nanas.-prabu/palpos.id-

“Alhamdulillah meskipun pendapatan gaji dari bekerja disini idak besak, tapi seidaknyo biso bantu buat jajan anak,” ungkap Syamsiah seraya mengatakan suaminya bekerja di salah satu perusahaan Batubara di luar kota tepatnya Kabupaten Lahat.

Senada dikatakan oleh Zulfa, perempuan yang telah memiliki satu orang anak ini menuturkan upah yang diterima dari bekerja membuat kain tenun tergantung dari hasil tenunannya.

Apabila kain tenun yang dihasilkannya banyak, maka penghasilan yang diperolehnya akan banyak pula.

BACA JUGA:Rencana Pemekaran Wilayah Papua: Membangun Masa Depan yang Lebih Baik untuk Papua

“Kami gajinya dibayar Rp65 ribu permeter, kalu banyak yang kami hasilkan banyak jugo upah kami. Biasanya kami sehari minimal dapat mengerjakan satu meter,” bebernya seraya mengaku sangat terbantu dengan bekerja di sentra tenun serat nanas tersebut.

Dijelaskan kedua perempuan tersebut, awal bekerja mereka diberikan pelatihan tentang tata cara menenun mulai dari dasar oleh ibu Rita pemilik usaha tersebut. 

Dengan adanya bimbingan dan arahan dan ketekunan mereka berlatih, akhirnya mereka berdua dan juga beberapa rekan lainnya memiliki keterampilan menenun benang menjadi kain.

BACA JUGA:Rencana Pemekaran Wilayah Provinsi Papua Tengah Menggugah Antusiasme dan Harapan Baru

“Alhamdulillah, sekarang sudah biso nenun kain dan ado penghasilan tambahan,” imbuhnya.

Sementara itu, Head Of Comrel & CID Zona 4, Tuti Dwi Patmayanti didampingi Officer Comrel & CID Zona 4, Nursiela menuturkan, dilaunchingnya program Pemberdayaan Masyarakat dengan Pemanfaatan Serat Daun Nanas Prabumulih, dikenal dengan istilah "Raden Mas Prabu" bermula dari dilakukannya social mapping (pemetaan sosial) terkait kondisi sosial masyarakat di Kota Prabumulih dan juga usulan program melalui assesment mengangkat kembali icon kota Prabumulih yaitu buah nanas.

Dari hasil social mapping itulah sambung Tuti Dwi Patmayanti, disimpulkan bahwa masih banyak masyarakat Prabumulih yang menjadikan tanaman buah nanas yang merupakan icon Kota Prabumulih sebagai tanaman sela pada saat membuka lahan baru untuk perkebunan.

BACA JUGA:Scrambler SK500 : Motor Ganteng untuk Petualangan di Segala Medan, Spek Gahar, Harga Berteman !

Namun hasil dari social mapping itu pula didapat kesimpulan bahwa bercocok tanam buah nanas tersebut, hasil produksi atau nilai jual yang didapat cenderung kurang menguntungkan.

Terlebih lagi persoalan daun nanas pasca dilakukan pemanenan yang cenderung tidak berguna atau tidak terpakai.

“Karena dua persoalan itu pula, akhirnya PHR Zona 4 melalui PEP Prabumulih Field melakukan kajian lanjutan terkait program apa yang dapat dilakukan agar tanaman buah nanas memiliki nilai ekonomis yang lebih tinggi. Hasil dari kajian itu maka disimpulkan dibuat program Raden Mas Prabu,” ungkap Tuti Dwi Patmayanti.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: