Ramai Pergantian BBM Pertalite dengan CNG, Ternyata Ini Profesor Penemu Bahan Bakar Gas Tersebut!
Prof Semin ST MT PhD, sang penemu bahan bakar gas jenis CNG atau Compressed Natural Gas, bersama sang istri.-Palpos.id-Humas ITS
PALEMBANG, PALPOS.ID – Saat ini tengah ramai perbincangan terkait pergantian BBM Pertalite dengan bahan bakar CNG atau Compressed Natural Gas.
Bahkan, pergantian BBM Pertalite dengan Bahan Bakar CNG ini, akan mulai diberlakukan dalam hitungan hari. Atau sejak awal Januari 2023.
Alasan pemerintah untuk mengganti BBM Pertalite dengan CNG sendiri, karena dinilai lebih murah, irit, dan ramah lingkungan.
Dimana, harga CNG sendiri Rp3 ribu per liter. Bahkan dalam perinciannya, pengendara motor menggunakan CNG bisa menghemat Rp6,9 juta per tahun.
BACA JUGA:Tahun 2023, Aturan Baru BBM Subsidi Diterapkan. Ini Cara Untuk Beli Solar dan Pertalite !
Akan tetapi, tahukah anda siapa sosok yang menemukan bahan bakar jenis CNG tersebut.
Ternyata penemu CNG tersebut adalah seorang dosen dari Institut Teknologi Sepuluh November atau ITS.
Bahkan, karena penemuannya terhadap bahan bakar CNG tersebut itu, bisa mengantarnya untuk dikukuhkan sebagai Profesor bidang Ilmu Teknik Sistem Perkapalan, tahun 2017 yang lalu.
Ya, dialah Prof Semin ST MT PhD, sang penemu bahan bakar CNG tersebut. Prof Semin sendiri sehari-hari bekerja sebagai dosen Departemen Teknik Sistem Perkapalan ITS.
BACA JUGA:6 Kapolres Baru di Polda Sumsel, Berikut Daftar Lengkapnya
Dimana, tujuan awal dari Prof Semin, untuk menghemat energi pada armada maritim Indonesia hingga 50 persen.
Apalagi dirinya tahu jika bahan bakar gas masih melimpah, serta belum banyak dimanfaatkan.
Alasan lainnya, karena bahan bakar minyak atau BBM sudah mulai menipis. Bahkan cadangan minyak diseluruh dunia juga sudah banyak berkurang.
Akhirnya, pemanfaatan bahan bakar gas di dunia maritim sudah mulai digencarkan, untuk mengurangi biaya operasional dan emisi laut.
BACA JUGA:5 Jenis BBM Bensin Pertamina, Pilih yang Cocok Dengan Kendaraan Anda
Kemudian, tujuan penggunaan bahan bakar CNG juga didukung dengan harga yang murah, dan tingkat emisi lebih rendah dibanding BBM.
Menurut Prof Semin, penelitian terkait bahan bakas CNG itu selaras dengan perhatian para pihak yang berkepentingan dengan dunia maritim.
Diantara pihak itu, yakni Kementerian Perhubungan atau Kemenhub, Kemenko Kemaritiman dan Investasi atau Marves, Kementerian kelautan dan Perikanan atau KKP.
Kemudian, perusahaan minyak dan gas, operator pelabuhan, biro klasifikasi, dan perusahaan pelayaran sendiri.
BACA JUGA:Ayo Tinggalkan BBM Pertalite dan Beralih ke CNG Sepeda Motor Bisa Irit Rp6.9 Juta Pertahun
Bahan bakar CNG yang diteliti Prof Semin itu sendiri yakni gas alam yang dalam penyimpanannya dimampatkan.
“Bahan bakar CNG dapat dijadikan pengganti bensin dan solar, karena ramah lingkungan,” terang Prof Semin, seperti dikutip Palpos.id dari www.its.ac.id dan diterbitkan tahun 2017 yang lalu itu.
Selain itu, harga bahan bakar CNG juga relatif murah dan teknologi penyimpanannya cukup sederhana.
Secara ekonomi, biaya operasional mesin penggerak armada maritim berbahan bakar CNG mengalami penurunan yang signifikan.
BACA JUGA:Bahan Bakar CNG Pengganti BBM Pertalite Selain Irit juga Ramah Lingkungan
Harga bahan bakar CNG setara satu liter solar hanyalah sepertiga harga solar. Sehingga biaya operasional kapal berdasarkan pemakaian bahan bakar akan turun lebih dari 50 persen.
“Hanya saja perlu investasi tambahan untuk biaya konversi, juga performa mesin CNG saat mengalami sedikit penurunan,” terang Prof Semin.
Ia melanjutkan, CNG merupakan gas alam tidak berbau, tidak berwarna dan lebih ringan dari udara, sehingga akan menguap jika terjadi kebocoran.
Dengan demikian, bencana kebakaran akibat penggunaan CNG bersifat minimum. Kelebihan lainnya yakni CNG tidak akan mencemari air atau tanah jika terjadi kecelakaan.
BACA JUGA:Horee, Pemerintah Kaji Harga 3 Jenis BBM Ini Turun
Nah itulah sekilas awal ditemukannya bahan bakar gas jenis CNG di Indonesia yang awalnya untuk keperluan armada maritim tersebut.
Pengamat Ekonomis Sebut Kebijakan Suka-suka Pemerintah
Sebelumnya, salah seorang Pengamat Ekonomi, Yan Sulistyo, angkat bicara terkait akan diberlakukan kebijakan tersebut mulai bulan depan atau 2023.
“Saya urutkan saja ya, dari dulu saat mengeluarkan pertalite dan menghapus premium, alasannya bahwa oktannya itu lebih tinggi. Kemudian itu untuk kinerja mesin lebih bagus dari premium.
Kemudian setelah itu dikeluarkan lagi pertamax ron 92 untuk menggantikan pertalite, dengan alasan yang sama juga seperti itu gituloh.
Dengan kebijakan itu semuanya adalah retorika dari Pemerintah. Jadi kebijakan-kebijakan ini tidak ada sinkronisasi keinginan dari Pemerintah itu sendiri,” ujar Yan, saat diwawancarai via telepon, Senin 26 Desember 2022.
Menurutnya, Pemerintah membuat kebijakan dengan sesuka hati saja, tanpa memikirkan bagaimana kedepannya.
“Pertama, menggunakan sepeda listrik, jadi pikir Pemerintah ini tidak ada sama sekali dalam hal energi.
Berubah-berubah terus, suka-suka mereka untuk menggantikan jenis BBM dengan jenis apapun,” terangnya.
BACA JUGA:Pengalihan BBM Pertalite dengan CNG Sebaiknya Harus Ada Sosialisasi, Ini Pesan YLKI Lubuklinggau...
Dengan kebijakan baru yang akan dilaksanakan di bulan depan, dan pertalite akan dihapuskan.
‘’Sederhana saja harusnya kita berpikir masih banyak kendaraan-kendaraan di Indoensia ini yang dikategorikan sepuluh tahun ke bawah.
Masih banyak mobil yang produksinya tahun 95, tahun 80-an, tahun 2000 awal. Tidak segampang itu menggantikan BBM jenis yang terbaru,” imbuhnya.
Yan menganggap jika 10 tahun terakhir Pemerintah hanya mau didengar dan dituruti keinginnnya. Akan tetapi tidak mau mendengarkan masyarakat.
BACA JUGA:2023 Seleksi CPNS Dibuka, 4 Formasi CPNS Ini Mudah Lulusnya Lho !
‘’Jadi opini saya mengatakan, jika kebijakan Pemerintah ini ya suka-suka mereka aja mau gimana.
Apapun keinginan dari masyarakat tidak pernah didengar oleh Pemerintah. Malah mereka inginnya mereka yang didengar dan melaksanakan apa maunya mereka, hanya sebatas itu,” katanya.
Lebih lanjut kata Yan, jika Indonesia tidak seperti negara maju lainnya yang sudah ada kebijakan terkait masalah kendaraan.
“Kalau menurut saya kebijakan ini tidak efektif, kita bukan seperti negara-negara lain. Di mana ada kendaraan di jalan raya, ada batasan untuk membeli kendaraan.
BACA JUGA:3 Kementerian jadi Idaman CPNS 2022, Mulai Gaji Tinggi hingga Mudah Lulus
Ini tidak seperti itu, bisa seperti membeli kacang goreng. Kita bukan seperti negara maju yang berpikir seperti itu,” lanjutnya.
“Kita ini masih berpikir segala urusan yang dilakukan Pemerintah itu semata-mata hanya bisnis tok.
Tidak pernah memikirkan masalah lingkungan hidup, energi yang dihasilkan oleh jenis apapun yang dilakukan Pemerintah gitu loh.
Ini semua hanya kepentingan berdagang dan kepentingan-kepentingan korporasi-korporasi yang ada di Kementrian, hanya sebatas itu,” kata Yan.
BACA JUGA:Catat! Ini 6 Bansos 2023 untuk Pemilik KIS BPJS Kesehatan, Mulai PIP hingga Prakerja
Selain itu, dirinya menuturkan, jika masyarakat dipaksa menggunakan CNG bisa saja nanti kedepannya harga CNG akan mengalami kenaikan karena permintaan yang tinggi.
“Kalau nanti kita semua dipaksakan untuk memakai CNG, sedangkan pertalite dan premium tidak lagi didistribusikan oleh Pertamina.
Artinya semuanya menjadi langkah dan di pasaran itu hanya ada CNG dengan pertamax saja. Mau tidak mau kan jadinya masyarakat kita berganti ke CNG.
Kalau CNG permintaannya semakin banyak, masyarakat semua beralih ke CNG. Otomatis harganya akan naik, karena permintaan yang tinggi,” tuturnya.
BACA JUGA:4 Cara Cek Penerima Bansos PIP dari Kemendikbudristek, Gampang Kok!
Yan menyebutkan, jika kendaraan listrik lebih efektif. Akan tetapi masalahnya di besaran Watt yang harus digunakan masyarakat, agar mampu menggunakan kendaraan listrik.
“Belum tentu seluruh kendaraan yang ada di Indonesia ini cocok menggunakan CNG. Kalau menurut saya kendaraan listrik yang lebih tepat.
Tapi permasalahannya kendaraan listrik itu mahal, harusnya fokusnya ke sana Pemerintah. Ini kenapa harganya mahal,” ucapnya.
Jadi, sambung Yan, misalkan nanti masyarakat benar-benar menggunakan kendaraan listrik, subsidi kita di APBN tidak terlalu membengkak karena semua masyarakat menggunakan listrik.
BACA JUGA:Ini Syarat dan Besaran Bansos PIP 2023 Kemdikbud untuk Pelajar SD hingga SMA
“Kalau listrik ini masih banyak masalah, pertama masalah harga, kedua masalah produksi, yang ketiga adalah tarif listrik.
Masyarakat belum menggunakan kendaraan listrik tapi PLN sudah menaikan ke 3.200 Watt. Orang-orang mau membeli, jadi harus KPA nya yang 3.200 watt.
Jadi ga akan cocok yang listriknya cuma 1.200 watt dan sebagainya, ga akan ketarik, harus 3500 watt.
Intinya ga ada yang konsisten Pemerintah ini, semuanya kacau, mereka penuh dengan akal licik,” sambungnya.
BACA JUGA:Ingat! Jangan Sampai Bansos PIP 2022 untuk Pelajar Hangus, Cek Nama Penerimanya Disini...
Untuk antisipasi jika nantinya antrean BBM jenis CNG tersebut belum bisa dipastikan mau seperti apa. Karena hal tersebut tidak akan mudah.
“Ga segampang itu juga, SPBU nya gimana? cukup atau tidak, berapa nanti SPBUnya akan dibangun?.
Kalaupun sudah ada SPBU berarti harus ganti mesin semua. Jadi intinya rencana ini tidak akan mulus alias tidak efektif,” pungkasnya. (*/Palpos.id)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: