Eksistensi Keberadaan Masyarakat yang Saling Membutuhkan Menurut Persfektif Al-Qur'an

Eksistensi Keberadaan Masyarakat yang Saling Membutuhkan Menurut Persfektif Al-Qur'an

Eksistensi Keberadaan Masyarakat yang Saling Membutuhkan Menurut Persfektif Al-Qur'an--

Oleh : Nuha Nabila Aswari & Dr. Hamidullah Mahmud, Lc. M.A.

Masyarakat ialah  manusia yang bergabung dalam suatu daerah tertentu juga menjadi topik  yang tak lepas sering dibicarakan didalam Al-Qur’an.

Baik berupa tipe dan ciri masyarakat yang diinginkan setiap orang, atau untuk menciptakan masyarakat yang luas dengan pemikiran ideal.

Dalam hal ini masyarakat juga makhluk sosial yang saling membutuhkan kehadiran orang lain tidak bisa kita pungkiri ini pasti terjadi antara satu sama lain dengan segala aspek dengan macam-macam, perbedaan dan kebutuhaanya.

BACA JUGA:Islam Rahmatan Lil ‘Aa Lamiin, Pengalaman di Malaysia

Pada kedudukan kita sebagai umat sosial, ada baiknya kita memiliki terus berusaha dalam bersikap baik dan adil bagi sesame makhluk sosial. 

Negara kita Indonesia adalah Negara yang menjunjung tinggi rasa nilai sosial.

Karena, Indonesia ialah negara yang memiliki tinggi sadar akan betapa pentingnya untuk kemajuan bangsa dalam aspek sosial baik itu dalam Negara maupun luar Negara. 

Negara merupakan suatu tempat hidup bersama di antara elemen-elemen yang membentuk Negara yang berupa suku, ras, kelompok, golongan maupun agama.

BACA JUGA:Konsep Moderasi Beragama Dalam Syumuliah Islam

Oleh karena itu, perbedaan merupakan kodrat manusia dan juga merupakan ciri-ciri khas elemen-elemen persatuan Negara.

Di dalam hal ini keberadaan masyarakat menurut  ayat-ayat Al-Qur’an tentang hubungan sosial manusia yaitu pada Q.S. Al Hujrat ayat 10 sebagai berikut :


 تُرْحَمُونَ لَعَلَّكُمْ اللَّهَ وَاتَّقُوا أَخَوَيْكُمْ بَيْنَ فَأَصْلِحُوا إِخْوَةٌ الْمُؤْمِنُونَ إِنَّمَا

Artinya : “Sesungguhnya orang-orang mukmin itu bersaudara, karena itu damaikanlah antar kedua saudaramu (yang berselisih) dan bertakwalah kepada Allah SWT agar kamu mendapat rahmat”.

BACA JUGA:Memimpin Diri Sendiri sebuah Pelajaran dari Seorang Harnojoyo

Ayat ini menjelaskan mengenai tentang hubungan sosial manusia, ayat  ini juga menggunakan metode tafsir tematik hanya terfokus dalam satu tema mengenai hubungan sosial dan masyarakat dalam Al-Qur’an untuk menghimpun seluruh ayat Al-Qur’an yang berkaitan dengan tema ini maka ada batasan.

Baru setelah ini di tafsirkan untuk menjelaskan makna metode yang telah ditentukan  seperti halnya ayat Al-Qur’an.

Pada hakikatnya, manusia ini diciptakan untuk saling menolong, peranan ini bahwa manusia tidak bisa berdiri sendiri untuk memenuhi kebutuhan hidupnya dan pasti akan membutuhkan bantuan orang lain.

Oleh karena itulah, tercipta peran sikap saling tolong menolong yang diperlukan untuk membantu manusia dalam meringankan kesulitan beban manusia satu dengan yang lainnya.

BACA JUGA:Momentum Milad ke-44, UMP Menyusun Rencana Stategi Kedepan Melalui Human Invesment

Dalam hubungan bermasyarakat, sikap dan perilaku juga perlu dilakukan.

Dianjurkan untuk membina hubungan baik, menolong, saling tengang rasa untuk menghormati hak dan kebebasan orang lain, saling memberi atau meminta segala sesuatu atas perizinan agar menghindari perselisihan.

Dalam prinsip perspektif Al-Qur’an itu sendiri Islam telah mengajarkan mengenai kebaikan yang akan dibutuhkan umat manusia.

Persatuan umat Islam ialah cara perspektif Al-Qur’an yang harus dilakukan karena ini berlandasan langsung dengan pedoman kehidupan umat manusia.

Persatuan umat islam adalah kunci terbesar dalam sebuah agama. Fitnah dan perpecahan umat hari ini membuat rasa persaudaran dan persatuan menjadi sesuatu yang sangat langkah dan mahal. Hanya karena mengejar kepentingan pribadi.

BACA JUGA:Strategi Pengambilan Keputusan

Padahal dalam perspektif Al-Qur’an Islam telah memerintahkan umat tetap bersatu dan terus melakukan tolong menolong kebaikan. Islam seslalu memerintahkan umat tetap bersatu dan terus melakukan tolong menolong kebaikan.

Islam mengajarkan bahwa perasaan dalam diri sendiri harus dijadikan sebagi suatu standar untuk mengukur perasaan dalam diri sendiri harus dijadikan sebagai suatu standar untuk mengukur perasaan orang lain ini merupakan menjaga keseimbangan, keselarasian dan stabilitas dalam masyarakat.

Adanya keberadaan masyarakat tentu membuat kaum muslim dan muslimin di Indonesia, saling membutuhkan satu sama lain, banyak orang cendrung selalu menjalakan kehidupan sosial maka kita akan di hadapi oleh beberapa masalah yang terjadi pada lingkungan sosial masyarakat.

Dengan ada ini beberapa masalah bisa membuat ketidak adilan sosial sering muncul di kehidupan sehari-hari.

BACA JUGA:Generasi Muda Berperan dan Berprestasi dalam Ilmu Pengetahuan, Kebudayaan dan Teknologi

Ketidakadilan sosial sendiiri dapat menimbulkan keadaan dimana adanya hal yang tidak adil memalain hal-hal aneh dan masalah.

Menurut pandangan M. Quraish Shihab bahwa sifat manusia ini sebagai makhluk sosial.

Tujuan manusia hiddup sebagai makhluk sosial dalam masyarakat sebagai mana manusia tidak pernah lepas dari kata bersosialisasi, karena selalu berhubungan dengan masyarakat, seperti masalah-masalah lainnnya ataupun  mengenai gejala sosial yang sering hadir di setiap tengah-tengah manusia.

Oleh karena itu, hal secara menyeluruh menggambarkan akan sering terjadi dalam kehidupan sosial..

BACA JUGA:Lebaran Digital, Wajah Baru Berhari Raya

Islam telah mengajarkan saling memperkuat persatuan dan kesatuan persaudaraan sesame umat muslim.

Di dalam Q.S Al-Ma’idah Ayat 2 tentang manusia sebagai makhluk yang saling membutuhkan sebagai berikut :


الْعِقَابِ شَدِيْدُ اللّٰهَ اِنَّ اللّٰهَ وَاتَّقُوا وَالْعُدْوَانِ الْاِثْمِ عَلَى تَعَاوَنُوْا وَلَا

Artinya: “Dan tolong menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan taqwa, dan jangan tolong menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran. Dan bertaqwalah kamu kepada Allah SWT, sesunguhnya Allah amat berat siksa-Nya”.

BACA JUGA:Adaptasi Terhadap Perubahan Air Baku

M. Quraish Shihab telah meenjelaskan pada ayat ini tentang dan tolong menolonglah kamu dalam kebajikan dan ketakwaan jangan tolong menolonglah dalam dosa dan pelanggaran.

Saling tolong di sini menurut prespektif Al-Qur’an tentang kemaslhatan duniawi dan ukhrawi, dan demikian jugan manusia harus melihat keberadaan dalam masyarakat untuk tolong menolong jangan dalam perbuatan maksiat.

Masyarakat memiliki prinsip dasar dalam menjalin kerja sama dengan siapa pun selama dalam tujuannya adalah kebajikan dan ketakwaan terhadap Allah SWT, pada ayat ini mengajarkan untuk berbuat baik kepada sesame manusia, karena dengan ini membuat masyarakat harmonis dan sejahtera yang terwujud.

Intinya manusia ini normal umumnya telah dianugerahi oleh perasaan iba dan keingiinan untuk saling menolong sesamanya yang menderita kesulitan sesuai dengan kemampuannya.

BACA JUGA:HPN 2023 dan Optimalisasi Kompetensi Wartawan

Relevansi sosial dan juga gambaran mengenai Tafsir al-Mishbah, beberapa pendapat mengulas tentang inti dari konsep manusia dalam masyarakat pada pemahaman M. Quraish Shihab, yaitu dalam diri manusia sebagai makhluk sosial terdapat cahaya mendorongnya menuju ketinggiab yang mengantarkannya berusaha mewujudkan kebaikan dan menghindarkan segala perbuatan jahat.

Menurut pandangan ini mengatakan kumpulan sekian banyak individu kecil maupun besar yang terikat satuan adat, hukum khas manusia dalam masyarakat, hidup bersama juga masyarkat bisa dikatakan sebagi makhluk sosial.

Dalam Al-Qur’an disebutkan kata yang menunujukan kepada masyarakat, seperti qabali, qaum, ayu’ub, dan umah.

Beberapa gambaran dalam perspektif Al-Qur’an untuk melihat wujud atau bentuk masyarakat dengan melihat fungsi utama dalam Al-Qur’an untuk di uraikan dalam bentuk strktur sosial maupun melakukan perubahan-perubahan yang bersifat positif.

BACA JUGA:Prinsip-prinsip Tarif Air dan Konsekuensi Tarif Murah

Bentuk dari manusia masuk dalam makhluk sosial seperti halnya kerjasama, kerjasama tercipta sebbuah saling kenal-mengenal.

Adanya saling kenal mengenal terciptanya dengan adanya saling butuh satu sama lain, maka manusia suka atau tidak suka, tidak akan mengelak dari kerjasama.

Seperti hal musyawarah, memulikan tamu, menghormati tetangga, dan saling menzihari, memberi bantuan sosail, saling peduli satu sama lain.

Kita lihat aktivitas sosial dalam bentuk manusia sebagai makhluk sosial, pembentukan mula dari kehidupan sosial,.

Tingkatan dalam manusia untuk menjalin hubungan sosial seperti : Ta’aruf (saling mengenal), Tafahum (saling memahami), Ta’awum (Tolong menolong), Tafakkul (perasaan senasib dan sepenanggungan).

BACA JUGA:Kesesuaian Antara Kepemimpinan Meraje dalam Adat Semende dengan Kepemimpinan dalam Islam

Melihat fakta dalam masyarakat sosial saat ini, zaman dan teknologi telah berubah pola dan system kehidupan sosial masyarakat modern.

Karena memberi dampak yang santa besar terhadap kehdipan sosial manusia masa kini.

Selain karena kemajuan teknologi masa kini yang menyajikan berbagi alat komunikasi secara online untuk mempercepat komunikasi antar individu.

Faktor menyebabkan tidak percaya dalam lingkungannya sendiri, bahkan dalam lingkungan terdepat seperti keluarga, tetangga dan lingkungan kerja.

Dikarenakan lingkungan tersebut sehingga orang cendrung memilih untuk melakukan segala sesuatunya sendri dalam komunikasi untuk berintreaksi tanpa harus dan bertatap langsung.

BACA JUGA:Menyoal Mitigasi Gagal Ginjal Akut Pada Anak

Berkomunikasi dan berintreaksi tanpa saling menatap atau bertemu memang sangat praktis dan efisiejn, perlu disadari hahwa manusia terlahir sebagai makhluk sosialyang harus berkomunikasi untuk menciptakan kehidupan sosail yang sehat dan seimbang sehingga tidak terjadi suatu kehidupan sosail yang egois dan individualis.

Dalam Tafsir al-Mishbah itu menjelaskan bahwa semakin kuat pengenalan satu dengan yang lainnya maka akan banyak memberikan manfaat.

Perkenalan bertujuan untuk saling mengambil pelajaran, bekerjasama, tolong menolong dan saling menghargai tanoa itu semua ralasi sosial tidak akan terwujud seluruhnya.

Dalam kodratnya manusia sebagi mahkhluk sosial yang saling ketergantungan maupun saling membutuhkan pihak lain untuk makan, minum, bersosialisai dalam organisasi maupun untuk bermusyawarah dalam masyarakat dan lingkungan sekitar.

Apabila hal ini terjadi atau dilakukan maka bisa memcecahkan permasalahn dalam suatu masalah yang ada di masyarakat sekitar.*

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: