Tradisi Kerik Gigi di Pulau Siberiut, Dipercaya Dapat Meningkatkan Kecantikan dan Daya Tarik Para Wanita
Tradisi Kerik Gigi di Pulau Siberiut, Dipercaya Dapat Meningkatkan Kecantikan dan Daya Tarik Para Wanita--Foto: Ist/Palpos.id
PALPOS.ID - Pulau Siberiut, Sumatera Barat, adalah rumah bagi berbagai tradisi dan budaya yang unik.
Salah satu tradisi yang telah berlangsung selama berabad-abad adalah tradisi kerik gigi, yang dipercayai oleh wanita di pulau ini dapat meningkatkan kecantikan dan daya tarik mereka.
Meskipun kontroversial, tradisi ini terus diwariskan dari generasi ke generasi.
BACA JUGA:Taman Batu Alif: Pesona Wisata Megalith di Natuna yang Tak Boleh Dilewatkan
Tradisi kerik gigi di Pulau Siberiut melibatkan perempuan yang mencapai usia dewasa. Ini adalah salah satu tanda penting yang menandai transisi mereka dari masa kanak-kanak ke masa dewasa.
Dalam proses ini, 23 gigi perempuan dikerik dengan menggunakan alat yang terbuat dari besi atau kayu. Yang menarik, proses ini dilakukan tanpa anestesi, berbeda dengan prosedur medis modern di dokter gigi.
Mengapa perempuan di Pulau Siberiut memilih untuk menjalani tradisi ini? Mereka percaya bahwa meruncingkan gigi akan membuat mereka lebih cantik dan menawan, serta meningkatkan daya tarik mereka di mata masyarakat dan calon pasangan hidup.
BACA JUGA:Jejak Sejarah Coklat Dari Kedai Coklat Meksiko Hingga Menjadi Lezat Global
Tradisi ini memang kontroversial dan mendapatkan beragam respons dari orang luar, namun bagi masyarakat setempat, ini adalah bagian penting dari identitas budaya mereka.
Proses kerik gigi dimulai dengan persiapan yang teliti. Alat-alat yang digunakan harus steril, dan perempuan yang akan menjalani proses ini harus menjalani persiapan spiritual.
Mereka berkumpul bersama untuk memberikan dukungan emosional satu sama lain sebelum proses dimulai.
Tradisi ini sangat penting bagi komunitas mereka, dan keluarga juga mendukung mereka dalam pengambilan keputusan ini.
BACA JUGA:Masada Village, Pesona Keindahan di Bogor Viewnya Bikin Nagih, Harganya Pas Dikantong
Proses kerik gigi sendiri adalah proses yang cukup panjang dan berat. Perempuan yang menjalani proses ini harus mengatasi rasa sakit fisik tanpa bantuan obat penghilang rasa sakit.
Alat yang digunakan adalah alat sederhana yang terbuat dari besi atau kayu, dan mereka digunakan untuk meruncingkan gigi.
Bagi banyak orang, ini adalah pengalaman yang sangat sulit dan menantang, namun mereka menjalaninya dengan tekad yang kuat.
BACA JUGA:Kabupaten Aceh Besar: Eksplorasi Keindahan dan Sejarah yang Menyentuh Hati
Selama proses berlangsung, seorang pemimpin adat yang dihormati memimpin ritual dan memberikan panduan spiritual kepada perempuan yang menjalani proses.
Ini adalah momen bersejarah dalam kehidupan mereka, yang melibatkan aspek fisik dan spiritual yang mendalam.
Setelah proses kerik gigi selesai, perempuan yang menjalani proses ini akan mengalami pemulihan yang berlarut-larut.
Mereka harus menjalani diet khusus dan menjaga kebersihan mulut agar menghindari infeksi. Ini adalah tahap kritis dalam proses, dan dukungan dari keluarga dan komunitas sangat penting.
BACA JUGA:Hero Forest Ciwidey Glamping: Pengalaman Luar Biasa di Tengah Hutan Bandung
Meskipun tradisi kerik gigi di Pulau Siberiut masih berlangsung, banyak pihak telah mengangkat isu etika dan kesehatan terkait proses ini.
Beberapa menganggapnya sebagai bentuk penyiksaan fisik, sementara yang lain mempertanyakan keamanan prosedur ini.
Sebagian orang mungkin berpendapat bahwa kecantikan sejati berasal dari dalam, bukan dari bentuk fisik.
Namun, untuk perempuan di Pulau Siberiut, tradisi kerik gigi adalah bagian penting dari budaya dan identitas mereka.
BACA JUGA:Honda Luncurkan Retro Ganas CB190SS : Maskulin Banget, Bikin Masalah bagi Yamaha XSR 155 !
Ini adalah cara untuk mempertahankan warisan nenek moyang mereka dan merayakan peralihan ke dewasa.
Meskipun berkontroversi, tradisi ini masih kuat dan berkelanjutan, dan masyarakat setempat terus menjaganya dengan penuh rasa hormat.
Seiring berjalannya waktu, tradisi kerik gigi di Pulau Siberiut akan terus menjadi topik perdebatan.
Namun, tidak dapat disangkal bahwa ini adalah salah satu warisan budaya yang unik dan memengaruhi kehidupan perempuan di pulau ini.
BACA JUGA:Tandatangani Perjanjian Kredit Pendanaan dan EPC, Pusri-IIIB Siap Masuki Tahap Pembangunan
Bagi mereka, keindahan tidak hanya bersemayam di wajah, tetapi juga dalam mempertahankan dan merayakan tradisi nenek moyang mereka.*
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: