Soto Banjar, Hidangan Khas Kalimantan Selatan yang Menembus Sekat Budaya dan Generasi

Keunikan Soto Banjar bukan hanya terletak pada rasa, tapi juga pada cerita dan tradisi yang terpatri di setiap suapannya.-Fhoto: Istimewa-
PALPOS.ID – Aroma harum rempah-rempah seperti kayu manis, cengkeh, dan kapulaga yang mengepul dari semangkuk Soto Banjar tak hanya menggugah selera, tapi juga mengandung nilai budaya dan sejarah panjang masyarakat Banjar.
Hidangan tradisional asal Kalimantan Selatan ini bukan sekadar makanan, melainkan bagian dari identitas yang diwariskan turun-temurun dari generasi ke generasi.
Soto Banjar dikenal dengan kuah bening kekuningan yang kaya rempah.
Bahan utamanya adalah daging ayam kampung yang direbus perlahan hingga empuk, kemudian disajikan dengan ketupat atau lontong, telur rebus, dan perkedel kentang.
BACA JUGA:Ayam Betutu, Warisan Kuliner Bali yang Kian Mendunia
BACA JUGA:Rawon : Warisan Kuliner Nusantara yang Menggoda Lidah Dunia
Perbedaan mencolok dengan soto dari daerah lain adalah penggunaan rempah-rempah khas seperti kayu manis, cengkeh, dan kapulaga, yang memberikan cita rasa unik dan aroma khas yang menggoda.
Menurut Budayawan Kalimantan Selatan, Dr. H. Muhammad Fauzi, Soto Banjar sudah ada sejak abad ke-19 dan mulanya hanya disajikan dalam acara-acara penting seperti pernikahan, syukuran, atau pertemuan adat.
“Dulu, membuat Soto Banjar adalah pekerjaan yang sangat sakral.
Proses memasaknya lama, harus penuh ketelatenan dan rasa hormat terhadap tamu yang akan disuguhi,” jelasnya saat ditemui di Banjarbaru, Sabtu (2/8).
BACA JUGA:Nasi Goreng Solaria : Lezatnya Makanan Khas Indonesia yang Mendunia
BACA JUGA:Pecak Ikan Nila, Kuliner Khas Betawi yang Kian Diminati di Tengah Tren Makanan Modern
Kini, Soto Banjar sudah menjadi makanan sehari-hari yang bisa ditemukan hampir di setiap sudut kota di Kalimantan Selatan, bahkan merambah ke kota-kota besar di Indonesia seperti Jakarta, Surabaya, hingga Makassar.
Tidak sedikit pula diaspora Banjar yang membuka usaha warung soto di luar negeri seperti Malaysia dan Arab Saudi.
Salah satu warung soto legendaris di Banjarmasin adalah “Soto Bang Amat” yang berdiri sejak 1968.
Pemiliknya, H. Ahmad Syarif, mengatakan bahwa resep turun-temurun keluarganya tidak pernah diubah meski zaman terus berkembang.
BACA JUGA:Oseng Genjer : Masakan Tradisional yang Kembali Populer di Tengah Tren Kuliner Modern
BACA JUGA:Bistik Ayam, Alternatif Lezat dan Sehat yang Kian Diminati Masyarakat
“Kami tetap pakai ayam kampung, santan encer, dan rempah murni.
Tidak ada penyedap rasa instan. Karena rasa asli dari Soto Banjar itu dari rempah, bukan dari bubuk,” ujarnya bangga.
Selain kelezatan rasanya, Soto Banjar juga memiliki nilai ekonomi yang cukup besar.
Banyak pelaku UMKM di Kalimantan Selatan yang menggantungkan hidupnya dari bisnis kuliner ini.
Menurut data Dinas Koperasi dan UMKM Provinsi Kalimantan Selatan, terdapat lebih dari 1.500 pelaku usaha kecil yang menjual Soto Banjar baik secara mandiri maupun bermitra dengan platform digital.
Di era digital seperti sekarang, Soto Banjar pun ikut menyesuaikan diri.
Melalui layanan pesan antar online, masyarakat di luar Kalimantan pun bisa menikmati Soto Banjar tanpa harus datang langsung ke Banjarmasin atau Martapura.
Bahkan, beberapa pelaku usaha telah mengembangkan produk instan seperti bumbu soto siap pakai dan soto kemasan beku (frozen) untuk memperluas pasar.
Pemerintah daerah pun tak tinggal diam. Melalui Dinas Pariwisata dan Kebudayaan, Pemprov Kalimantan Selatan aktif mempromosikan Soto Banjar dalam berbagai ajang nasional dan internasional.
Pada ajang Festival Kuliner Nusantara 2025 di Jakarta, stand Kalimantan Selatan yang menampilkan Soto Banjar berhasil menarik ribuan pengunjung dan mendapatkan penghargaan “Cita Rasa Tradisional Terfavorit”.
Kepala Dinas Pariwisata Kalimantan Selatan, Hj. Nurul Aini, mengatakan bahwa Soto Banjar bukan hanya makanan lezat, tetapi juga alat diplomasi budaya.
“Melalui Soto Banjar, kita ingin memperkenalkan kepada dunia bahwa Kalimantan Selatan punya warisan kuliner yang luar biasa. Ini adalah bagian dari strategi kita dalam mengembangkan wisata budaya dan kuliner,” ujarnya.
Meski sudah mendunia, tantangan tetap ada. Salah satunya adalah bagaimana menjaga orisinalitas resep di tengah gempuran modernisasi dan selera pasar yang cepat berubah.
Beberapa chef modern mencoba memodifikasi Soto Banjar dengan tambahan bahan seperti krim, keju, atau saus cabai asing. Hal ini menimbulkan pro dan kontra di kalangan pencinta kuliner tradisional.
Namun, bagi sebagian besar masyarakat Banjar, Soto Banjar tetap harus mempertahankan ruh aslinya.
“Modern boleh, tapi jangan lupakan akar. Soto Banjar itu bukan sekadar makanan.
Ia adalah simbol kebersamaan, kehangatan keluarga, dan cinta pada tradisi,” kata Chef Hidayat, pemilik restoran “Dapur Banjar” di Jakarta Selatan.
Seiring dengan meningkatnya kesadaran masyarakat akan pentingnya pelestarian budaya lokal, Soto Banjar diprediksi akan terus bertahan, bahkan berkembang menjadi ikon kuliner nasional.
Lebih dari sekadar soto, ia adalah warisan rasa, identitas budaya, dan semangat kebanggaan masyarakat Kalimantan Selatan yang tak lekang oleh waktu.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: