Keterlaluan Mahasiswa UIN Raden Fatah Palembang Diduga Dipaksa Minum Air Toilet

Keterlaluan Mahasiswa UIN Raden Fatah Palembang Diduga Dipaksa Minum Air Toilet

Kondisi toilet yang ditunjukkan saat olah TKP di Bumi Perkemahan Pramuka Gandus, diduga salah satu tempat korban Arya Lesmana Putera, mahasiswa UIN Raden Fatah Palembang, diduga dianiaya seniornya, Minggu 09 Oktober 2022. -Palpos.id-Sumeks.co

PALEMBANG, PALPOS.ID – Jika benar terjadi, memang sungguh keterlaluan apa yang dilakukan sang senior atau para pelaku, terhadap korban Arya Lesmana Putera (19).

Bagaimana tidak, selain dianiaya, ditelanjangi, dan disundut rokok, mahasiswa UIN Raden Fatah (Rafa) Palembang ini, juga diduga dipaksa para pelaku minum air toilet.

Hal itu sempat terungkap dalam olah TKP yang digelar penyidik Unit I Subdit 3 Jatantas Ditreskrimum Polda Sumsel, Minggu 09 Oktober 2022.

Saat olah TKP dipimpin Kanit I Subdit 3 Kompol Willy Oscar SE itu, penyidik juga membawa beberapa saksi ke lokasi kejadian, yakni Bumi Perkemahan Pramuka Kecamatan Gandus Kota Palembang.

BACA JUGA:Perwakilan Rektorat Temui Keluarga Korban Arya, Katakan UIN Raden Fatah Palembang Akan Hancur

Gerak cepat penyidik Jatantras ini, juga mendapat apresiasi banyak pihak. Terutama pihak keluarga korban Arya Lesmana Putera dan kuasa hukumnya dari YBH SSB.

Salah seorang kuasa hukum korban Arya, yakni advokat Prengki Adiyatmo SH dari YBH SSB, membenarkan penyidik Jatanras gelar olah TKP tersebut.

"Iya, ini rekan kami Sigit lagi dalam perjalanan ke sana (Bumi Perkemahan Pramuka Gandus)," terang Prengki dalam pesan singkat WhatApp (WA), Minggu 09 Oktober 2022 sore.

Hasil olah TKP itu, diduga ulah para pelaku sungguh keterlaluan terhadap korban. Sebab, korban diduga dipaksa minum air toilet berwarna antara bening dan kuning.

BACA JUGA:Lanjutkan Investigasi, Rektor UIN Akan Periksa Pembina UKMK Litbang

‘’Hasil olah TKP sementara, selain dipukuli, dikeroyok, disundut rokok, ditelanjangi, dan disiksa, korban Arya juga dipaksa minum air toilet,” terang Prengki.

Untuk memperkuat hasil olah TKP, penyidik bersama kuasa hukum, juga sempat membuat video olah TKP.

‘’Benar, tadi tim penyidik Jatanras beserta korban dan saksi ke TKP dan membuat video,” ungkap Prengki.

“Itu yang kita tak habis pikir, korban Arya dipaksa minum air kloset saat berada dalam toilet. Coba bisa dibayangkan bagaimana kondisi klien kami saat itu," ujar Prengki.

BACA JUGA:Terkait Aksi Mahasiswa Halangi Tugas Jurnalis, Rektor UIN Rafa Disomasi

Akan tetapi, terkait olah TKP yang dilakukan tim penyidik hingga saat ini ini belum didapatkan keterangan resmi dari penyidik.

Diberitakan sebelumnya, Arya Lesmana Putera yang menjadi korban penganiayaan dan pelecehan seksual saat menjadi panitia Diksar UKMK Litbang UIN Raden Fatah Palembang menyampaikan secara lengkap kronologis kasus yang dialaminya.

Korban Arya didampingi ayahnya Rusdi (57), menyampaikannya dengan gamblang bersama tim kuasa hukum M Sigit Muhaimin SH MH serta rekan dari Yayasan Bantuan Hukum (YBH) Sumsel Berkeadilan, Jumat 7 Oktober 2022 di hadapan awak media.

Detik-detik sebelum dipanggil, Arya dan para terduga pelaku sempat salat Jumat bersama di Bumi Perkemahan Gandus Palembang.

BACA JUGA:Rektor UIN Belum Putuskan Sanksi kepada 10 Mahasiswa Terduga Pelaku Penganiayaan, Ini Alasannya

"Saya menjadi khotib sekaligus jadi imam salat Jumat. Lalu setelah itu saya makan siang bersama peserta, karena saya panitia konsumsi," ujar Arya.

Setelah itu Arya dibawa ke tempat sepi oleh para senior untuk memeriksa Handphone miliknya.

"Lalu saya dibawa oleh tiga orang. Dan satu orang langsung menerjang saya. Dibawa lagi menghadap senior di pinggir danau. Terus di sana juga Handphone saya dicek lagi," kata Arya.

Tidak berhenti di situ. Arya kemudian dibawa ke toilet dan mengalami pelecehan seksual. Kali ini terduga pelaku adalah rombongan dari panitia pelaksana.

BACA JUGA:Mantan Ketum UKMK Litbang Tegaskan Korban Penganiayaan Mahasiswa UIN Raden Fatah juga Panitia Diksar

"Saat itu yang saya ingat ada sekitar tiga orang lagi dan dia langsung menganiaya. Di toilet disuruh buka pakaian dan tanpa sehelai benang pun. Saat itu ada sekitar delapan orang yang datang lagi. Di toilet disundut dengan api rokok," terangnya lagi.

Selain mengalami pelecehan seksual yang ditonton oleh sebagian panitia perempuan, Arya juga diancam menggunakan golok oleh salah seorang terduga pelaku dan korban sempat mintak ampun.

"Memang benar dan ada, senjata tajam itu jenis golok. Di dalam toilet terus dianiaya lalu dipaksa keluar dari toilet dengan kondisi bugil," katanya.

Para terduga pelaku kemudian membawa Arya ke sebuah pohon yang persis berada tidak jauh dari toilet dan pinggir danau.

BACA JUGA:Dianiaya hingga Ditelanjangi, Mahasiswa UIN Raden Fatah Trauma Berat

"Di lokasi perkemahan ada pohon dan seorang pelaku ada yang berteriak meminta ambilkan tali. Badan saya dililit tali di pohon dalam keadaan bugil dan ditonton oleh panitia perempuan sekitar 20 orang. Ada juga yang melarang melihat," ungkap Arya lagi.

Lalu, Arya mengaku disuruh ke toilet lagi untuk mengenakan pakaian lagi. Ada jedah, dikasih minum sebelum turun hujan.

Sekitar pukul 16.30 WIB, Arya menjelaskan, dia dibawa ke ruangan dekat tempat penyimpanan tas peserta. Arya disuruh duduk di atas tumpukan tas dan kemudian dinterogasi.

"Diinterogasi dan lagi-lagi kembali dianiaya secara bertubi-tubi oleh pelaku yang mengancam dengan golok tadi. Sekitar 40 menit hingga pukul 17.10 WIB. Terus dibawa lagi di dalam rumah seperti sudah disiapkan. Diinterogasi dan banyak pertanyaan," bebernya.

BACA JUGA:Mahasiswa UIN Rafa Palembang Ngaku Dianiaya dan Ditelanjangi Senior di Musala

Terus dibawa lagi ke pinggir sebuah rumah. Lalu menerima ancaman lagi oleh senior akan dibenamkan dalam danau.

"Hampir sekitar pukul 18.00 WIB saya dibawa lagi ke pohon dan dipukul menggunakan kayu seperti gagang sapu. Sambil diinterogasi, kepala saya dipukul hingga benjolan," tambah Arya.

Lanjut dibawa ke Musala mulai dari pukul 19.00 WIB hingga pukul 22.00 WIB.

"Mata saya ditutup dengan tas mukenah dan disuruh buat video pernyataan klarfikasi. Tetapi rekamannya selalu salah karena teks terlalu panjang," ujar Arya lagi.

BACA JUGA:Prodi Jurnalistik UIN Raden Fatah Raih Akreditasi Unggul

Saksi dari panitia kesehatan, sampai menangis saat melihat Arya dianiaya.

"Melindungi wajah dengan tangan sampai jam tangan hancur. Oleh panitia kesehatan, saya dikasih obat penghilang nyeri sampai menunggu senior datang," tambahnya lagi.

Senior yang datang tadi hanya memeriksa handphone tetapi membiarkan saja.

Terakhir, sekitar pukul pukul 22.00 WIB hingga pukul 24.00 WIB Arya diajak ke pinggir jalan dan lagi-lagi dianiaya.

BACA JUGA:Cipayung Plus Sebut PBAK UIN Raden Fatah Palembang Tahun 2022 Terindikasi Pungli

"Saat itu saya sempat ditelpon oleh teman dan sempat video call dan ditanya sama teman saya mengaku aman-aman saja karena saat itu di bawah ancaman," tutup Arya.

Sementara, Rusdi, bapak korban sungguh menyayangkan pihak UIN dan para terduga pelaku yang hingga saat ini belum meminta maaf kepada Arya. (*)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: sumeks.co